6. Feelings Game [Revision ✓]

3.8K 297 12
                                    

[SUDAH REVISI]

*** 

*** 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Beberapa hari telah berlalu sejak kelima belas murid S Class menjadi teman sekelas. Tidak banyak yang berubah. Kecuali, Arkava yang kini telah akrab dengan hampir seluruh populasi di kelas.

Pembawaan laki-laki pencinta basket itu yang membuat siswa lainnya mudah untuk menyukainya. Arkava akan menjadi pencair suasana, laki-laki itu akan selalu menampilkan senyuman yang tidak pernah lepas dari wajah blasteran Jawa-Amerika dan ocehan tidak bermutunya.

"Pak Ketu," panggil Arkava pada laki-laki berkacamata yang sedang merapikan bukunya. "Hari ini jadwal olahraga apa?"

Zayn merasa laki-laki itu berbicara padanya pun menoleh ke belakang, "Voli." Balasnya singkat.

Ya, setelah kemarin sepakat, mereka memilih Zayn sebagai ketua kelas dengan suara bulat. Kinerja laki-laki itu sudah terbukti selama setahun belakang ini menjadi murid berprestasi dan berkepribadian baik. Zayn dapat me-manage segala sesuatu semaksimal dan sebaik mungkin.

Sekarang jam pelajaran kedua yang menunjukkan bahwa mereka harus mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga Lentera Buana sebab sudah masuk waktu pelajaran olahraga.

Beberapa murid sudah meninggalkan kelas menuju toilet untuk mengganti pakaian mereka.

Suara gedoran pintu toilet terdengar terus menerus sejak tadi. Seluruh bilik tertutup yang menandakan telah diisi oleh orang lain. Bilik toilet itu hanya tersedia sebanyak lima bilik saja.

"Woi! Cepetan! Lama banget, sialan!" Teriak Lea, gadis yang sedari tadi menggedor pintu toilet. "Ngapain aja sih lo?!"

"I-Iya, sebentar, Le." Balasan suara gemetar itu berasal dari bilik yang sejak tadi Lea gedor.

Klik!

BRAK!

Suara pintu di banting dengan suara yang nyaring itu berasal dari bilik sebelah. Keluar sosok Ziva yang telah lengkap menggenakan pakaian olahraga di tubuhnya.

Ziva menatap Lea tajam, "Berisik banget anjing, mulut lo itu!" marah Ziva yang mendengar teriakan gadis sombong itu sejak tadi.

"Nggak usah ikut campur!" ketus Lea. "WOI! BURUAN, CUPU!" teriak gadis itu lagi.

"Anjing," umpat Ziva.

Dirinya sudah kesal setengah mati. Tidak bisakah gadis itu tidak bertindak semena-menanya. Bilik yang telah dipakai olehnya itu kosong. Sementara gadis itu masih saja meributkan Danna yang masih belum selesai.

"LO EMANG SUKA BANGET, YA, NGEBULLY DIA? TUAN PUTRI, BILIK SEBELAH LO KOSONG! NGGAK USAH CARI PERHATIAN KAYAK GINI. SAMPAH ANJING!" murka Ziva.

Lea menatap Ziva marah. Ia mengikis jarak mereka. Kedua gadis itu tidak melepaskan tatapan membunuh yang saling menusuk.

TARTARUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang