4 - Peneguran

93 100 21
                                    

Raya keluar dari perpustakaan setelah berhasil memotret halaman 26 dan 27 pada buku pemberian Arka tadi. Peraturan di perpustakaan SMA Cakrawala, selain dilarang membawa makanan dan minuman, bermain ponsel di dalamnya juga tidak diperbolehkan. Entah apa alasannya, Raya juga tidak mengerti.

Bel istirahat berbunyi tepat setelah Raya melewati perpustakaan dan berjalan di koridor kelas 12.

Orang-orang berhamburan keluar dari kelas, membuat Raya kewalahan dan memilih menepi terlebih dahulu untuk menghindari kakak-kakak kelasnya yang pasti lebih tinggi darinya.

Di saat seperti ini, telapak tangan kanan Raya merasakan getaran akibat ponsel yang di genggamnya.

Raya melihat nama Ladya tertera di sana. Tanpa menunggu lama, Raya segera menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.

"Ya, Lad?"

"Lo masih lama? Gue udah di kelas, nih. Tadinya mau ke perpustakaan bantuin lo, tapi ke perpus 'kan nggak boleh bawa makanan. Apa sekarang gue kesana bantuin lo?"

Menjauhkan ponsel dari daun telinga. Mendengus kesal setelah mendengar suara Ladya yang keras dan berbicara panjang lebar tanpa jeda. Berbanding terbalik dengan Arka.

"Gue otw ke kelas." Raya membalas sebelum memutus panggilan secara sepihak.

Kembali berjalan setelah koridor kembali sepi. Ternyata hanya beberapa menit saja koridor ramai dipenuhi orang-orang kelaparan. Mungkin karena mereka berebut antrian di kantin. Entahlah.

Raya kembali menepi setelah berjalan beberapa langkah. Tali sepatu kirinya lepas, membuat beban tersendiri bagi Raya. Padahal, Raya menggunakan sepatu yang berbeda dari kemarin dan memiliki tali lebih berkualitas.

Raya mendudukkan diri di kursi panjang depan ruang kelas 12 IPA 2. Kemudian membungkuk dan sedikit mengangkat kaki kirinya agar mudah dalam mengaitkan kembali tali sepatunya.

Sepertinya kali ini Raya harus menarik dengan sekuat tenaga, agar tali sepatunya tidak mudah terlepas.

Sosok cowok dengan postur tubuh tegap dan kaki panjang berjalan di depan Raya. Bukannya terus berjalan, justru cowok itu menepi dan berdiri di samping Raya. Bersamaan dengan Raya mengangkat kepalanya dan membuka lebar-lebar kedua matanya.

"Raya." Cowok itu lebih dulu mengawali pembicaraan dengan senyuman terpancar di wajah berserinya.

Dengan segera Raya berdiri. Tidak enak jika dilihat orang yang sedang berlalu-lalang. Apalagi, mereka sedang berada di koridor kelas 12. Raya mengembangkan senyumnya, membalas senyuman itu.

"Terimakasih, ya!" Cowok itu memberikan totebag kuning yang sedari tadi tergantung pada pergelangan tangan kanannya. "Ada makanan di dalamnya. Jangan di pontang-panting!"

"Makasih kembali, kak Raju," balas Raya tulus. Menerima totebagnya kembali dengan senyuman yang masih setia mengembang. Seolah Raju membawa aura positif yang menyebabkan Raya terus tersenyum.

Raju mengangguk. Senyumnya semakin terlihat manis. Bola mata kecoklatannya menyalurkan energi positif bagi Raya. Entah mengapa, tiba-tiba jantung Raya berdegub kencang dan semakin sulit mengalihkan pandangannya saat ini.

"Siapa, Ju?" Bersamaan dengan Raya yang sibuk menikmati keindahan wajah Raju, seseorang datang dan berhasil mengalihkan fokus Raya. "Dari kemarin lo sama dia, 'kan?"

Mengerjap beberapa kali. Menatap gadis yang seingatnya bernama "Tiara" itu. Lantas mengangkat kedua alisnya setelah Tiara membalas tatapannya.

"Lo yang kemarin nangis di Gazebo, 'kan?" tanya Tiara tanpa segan dengan mata menyipit layaknya tengah mengintimidasi. "Lo cari perhatian ke Raju?"

About Raya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang