7 - Bolos

60 66 3
                                    

Menyembunyikan kesedihan justru akan membuat semakin terpuruk dalam kesedihan itu sendiri.

****

Hari berjalan terasa sangat lambat. Pagi ini Raya harus kembali lagi ke sekolah. Melakukan kegiatan yang hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Seolah terlalu monoton.

Raya sudah mengirim pesan pada Ladya agar tidak menjemputnya ke rumah untuk berangkat ke sekolah bersama. Mengumpulkan niat ke sekolah saja Raya malas, apalagi harus mengendarai motor ke sekolah bersama Ladya.

Kini Raya sedang duduk santai di teras rumah. Menghabiskan nasi goreng untuk sarapannya hari ini.

Di depan garasi, Pak Aji sedang mengelap kaca mobil yang sangat jarang dipakai itu.

Hari ini Raya meminta antar sopir pribadi keluarganya untuk pergi ke sekolah. Rasa malasnya sudah menggunung hingga membuatnya mempekerjakan Pak Aji seperti apa yang seharusnya.

"Pak Aji, nanti nggak usah jemput Raya kalau nggak Raya telpon, ya!" pesan Raya di sela-sela makannya.

"Iya, non Raya. Siap!" balas Pak Aji dengan semangat yang membara.

Raya terkekeh. Meneguk air mineral di depannya, kemudian menyandarkan punggungnya dengan kaki kanan menjadi tumpuan kaki kirinya. Menutup mata sejenak, memasukkan pasokan udara pagi dengan penuh penghayatan. Benar-benar pagi yang menyegarkan.

Tepat setelah Bi Mani datang dari dalam rumah, Raya membuka kembali matanya. Sedikit terkejut dengan keberadaan Bi Mani membawa paperbag menggantung di tangan kanannya.

"Apa itu, bi?" tanya Raya penasaran. Gadis itu menurunkan kaki kiri yang berada di atas kaki kanannya, lantas menegakkan duduknya.

"Ini kotak makan yang katanya mau non Raya kembalikan. Maaf, kemarin bibi lupa ingatkan," jelas bi Mani.

Cukup mengejutkan bagi Raya. Pasalnya, Raya masih kecewa dengan Raju yang belum bisa bertindak lebih tegas dan teliti lagi dalam menjalankan tugasnya.

Bagaimana bisa Raya menemui Raju untuk mengembalikan kotak makan, dengan berlagak seolah tidak ada apa-apa? Batinnya akan tersiksa.

"Non Raya," panggil bi Mani.

Raya tidak langsung menjawab. Matanya bergerak tak tentu. Mencari solusi untuk waktu yang tepat dalam pengembalian kotak makan milik Raju.

"Ada yang kurang?"

"Simpan dulu, bi. Kapan-kapan Raya kembalikan," putus Raya.

"Yaudah, bibi taruh di tempat yang sama ya, non."

"Iya, bi," balas Raya seadanya dengan senyuman ramah tampak di wajah cantiknya.

Desiran aneh terasa pada hati Raya. Senyumnya mengembang kecil.

****

Mobil pajero hitam milik keluarga Raya terhenti tepat di depan gerbang besar SMA Cakrawala. Raya turun dari mobil setelah memberikan seulas senyum dan ucapan terimakasih untuk Pak Aji, sang sopir.

Keadaan sekitar gerbang sekolah sangat sepi, tidak ada satupun siswa yang berlalu-lalang. Bahkan, dua orang satpam yang biasa berjaga di sana pun tidak terlihat pagi ini.

"Apa sekolah diliburkan? Atau sudah jam masuk? Atau belum ada yang datang?" Pertanyaan Raya beruntun. Mengeluarkan kejanggalan pada pikirannya mengenai keadaan sekolah pagi ini.

Raya melihat pergelangan tangan kirinya. Raut wajahnya berubah ketika tidak lagi mendapati jam tangan yang biasanya bertengger di pergelangan tangannya.

About Raya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang