Raya kembali ke kelas dengan sedikit kelegaan. Wajah datar dan dinginnya sudah tergantikan lebih bersahabat. Perasaanya sudah sedikit lebih tenang sejak Raju meminta maaf dan mau bertanggungjawab.
Raya membuka pintu kelas dengan hati-hati, kemudian menyelipkan kepalanya sedikit masuk. Yang pertama kali Raya lihat adalah Ladya. Gadis itu dengan asiknya memakan bekal milik Raya.
"Kenapa lo makan bekal gue?" tanya Raya sambil berjalan mendekat dan tanpa sadar berhasil mengejutkan Ladya.
"Sebentar lagi jam istirahat habis, lo nggak akan ada waktu untuk makan," balas Ladya dengan santainya.
"Kenapa nggak makan yang itu?" Tunjuk Raya pada tempat makan Raju. "Padahal kalorinya lebih banyak dan bisa bikin cepat kenyang."
"Gue lagi nggak doyan dessert box begituan." Ladya menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. "Lagian lo dari mana aja, sih?"
"Gue dari ruang OSIS!" seru Raya seraya menarik kursinya, kemudian duduk di sana. "Gue mau cerita. Dengerin baik-baik!"
"Ehem." Ladya mengunyah makanan dengan santainya. Sesekali mengarahkan tatapannya ke arah Raya.
"Gue tadi cari kak Arka, mau tanya soal kak Tiara. Tapi, di ruang OSIS banyak banget orang, kayaknya mereka lagi sibuk-sibuknya, deh." Raya memperbaiki letak penjepit rambutnya. "Gue minta tolong ke salah satu cewe yang ada di sana untuk panggilkan kak Arka. Gue bilang, gue tunggu di taman tengah."
Ladya mengangguk beberapa kali, sambil mulutnya terus mengunyah makanan.
"Dan...," Raya menggantung ucapannya sambil melempar tatapan yang sulit dijelaskan. Senyumnya sedikit mengembang. "Yang datang bukan kak Arka, tapi kak Raju."
"Oh ya?" balas Ladya santai. Setelahnya sibuk membereskan peralatan makannya. "Jadi ceritanya udah baikan, nih?"
"Untuk sekarang sih, baik," balas Raya dengan tangan kanan menarik kotak bekal milik Raju. "Kak Raju janji akan selesaikan masalah ini."
Ladya melirik kotak bekal berwarna hijau milik Raju. "Dan sekarang lo udah berubah pikiran untuk kembalikan kotak makan kak Raju hari ini?"
Raya tersenyum simpul, lantas berdiri dengan lengkungan bibir membentuk senyum sempurna. "Tolong bilang ke bu Nis, gue ke toilet sebentar! Kalau lo nggak keberatan."
"Sebentar lagi bu Niswara pasti datang, Ray," ucap Ladya mengingatkan. Pasalnya, guru fisikanya itu pernah sedikit bercerita mengenai kedisiplinannya, dan beruntungnya Ladya mengingat sedikit cerita itu.
"Artinya, gue harus cepat-cepat pergi sebelum dia datang. Kasihan 'kan kalau kak Raju telat makan." Setelahnya Raya benar-benar melangkah pergi keluar kelas tanpa menunggu balasan dari Ladya.
"Huh." Ladya menghiraukan Raya. Kegiatannya beralih mengusap perut yang sedikit membuncit. Dalam hati, Ladya mengapresiasi diri sendiri karena telah menghabiskan nasi beserta lauk pauk yang sangat banyak. "Kenyang, Ray."
****
Di lain sisi, Raya tergopoh menuruni anak tangga dengan kedua tangan memegang erat kotak makan Raju. Menjaganya agar tidak jatuh dan membuat isinya berantakan.
Tapi, kedatangan sosok perempuan dari lawan arah dengan rok hijau berhasil membuat Raya memelankan laju langkahnya. Raya memasang senyum selebar mungkin dengan tangan kanan yang langsung ia ulurkan.
"Selamat siang, Bu Nis," sapa Raya setelah mencium punggung tangan guru Fisikanya itu. "Bu, saya izin ke toilet, boleh?"
"Boleh. Tapi...." Wanita paruh baya tersebut menyipitkan matanya melihat sesuatu yang dibawa Raya. "Kamu mau ke toilet atau kabur pelajaran saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raya (ON GOING)
Teen FictionRaya Farica Aneira, gadis yang sedang berusaha memperbaiki diri dengan menahan kebiasaan buruknya di masa lalu. Kisah ini menceritakan ketika kerja keras tersia-siakan karena sebuah sikap tidak profesional mencampur urusan pribadi dengan hal lain. ...