Sepulang sekolah, Raya memutuskan untuk mampir ke random location hanya sekadar menenangkan diri. Malas sekali jika harus pulang dan mengulang kegiatan yang sangat membosankan itu setiap hari. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan di rumah.
Hampir setiap hari Raya datang ke sekolah menggunakan motor. Padahal, keluarga Raya sudah mempekerjakan sopir pribadi untuk Raya. Namun, Raya tidak suka menunggu dan di tunggu. Biar saja sopir pribadinya mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyiram tanaman dan memperbaiki perabotan yang rusak.
Saat ini Raya berada di depan minimarket stasiun. Kedua bola matanya menyapu keadaan sekitar. Sangat damai.
Raya melangkahkan kakinya memasuki minimarket dengan kedua tangan berpegang pada tali ransel.
"Selamat datang dan selamat berbelanja!" sapa kasir minimarket sambil menangkupkan kedua tangannya.
Raya membalas dengan anggukan singkat, lantas berjalan menyusuri rak-rak berisi makanan ringan. Jujur, Raya sangat lapar siang ini karena terakhir kali dirinya makan sudah sejak pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah.
Raya berjongkok di tengah rak snack. Ia mendapati snack kesukaannya berjejer dengan berbagai varian rasa. Tak tanggung-tanggung, Raya mengambil satu buah snack di setiap varian.
Setelah itu, Raya kembali menelusuri rak snack hingga ujung dan dihadapkan dengan jejeran lemari pendingin berisi segala macam minuman. Sungguh menggiurkan.
Cukup 15 menit Raya menghabiskan waktunya untuk memilih makanan dan minuman di minimarket tersebut. Keranjang belanjanya sudah penuh, saatnya pergi ke kasir.
Raut wajah Raya berubah seketika berada di kasir dan dihadapkan dengan makanan dan minuman yang dibelinya. Dengan segera, Raya mengeluarkan totebag kosong dari dalam ransel sekolahnya.
"Sudah, kak? Tidak ada tambahan lagi? Atau mau mengikuti promo beli dua pembalut gratis satu botol kopi, beli tiga pembalut dapat sa-"
"Nggak perlu," potong Raya cepat. Malas sekali mendengar tawaran promo tidak menarik seperti itu.
"Totalnya lima puluh sembilan ribu lima ratus," ucap penjaga kasir setelah men-scan semua barcode yang ada pada makanan dan minuman yang akan dibeli Raya.
Raya merogoh sakunya, mengeluarkan uang kertas lima puluh ribu dan sepuluh ribu. Sebelum memberikan pada kasir, terlebih dulu Raya menata uang kertasnya, agar tidak kusut.
"Uangnya enam puluh ribu rupiah, sisa lima ratus rupiah. Apa boleh lima ratusnya didonasikan?"
Raya mengangguk, kemudian membantu penjaga kasir memasukkan barang-barangnya ke dalam kantong plastik. Beberapa snack berukuran kecil, Raya masukkan ke dalam totebag miliknya.
"Terimakasih sudah berbelanja! Kakak bisa singgah di sini dan duduk di tempat yang sudah kami sediakan," ucap penjaga kasir dengan ramahnya.
Raya menghampiri rak yang letaknya dekat dengan meja kasir. Berbagai jenis minuman sachet tersedia di sana.
"Bisa di seduh di sini, Kak?" tanya Raya sambil menunjukkan kopi sachet yang berhasil menghidupkan seleranya.
"Bisa, kak," balas penjaga kasir.
"Mau, dong. Hot coffe ya, Kak!"
Penjaga kasir berjalan menghampiri Raya. Mengambil alih kopi yang sedang Raya pegang. Lantas, menggunting dan meletakkan bubuk kopi di gelas yang tak jauh dari sana. Cukup simpel, si penjaga kasir menambahkan air dari dispenser sebelum menyerahkan pada Raya.
"Berapa?"
"Sepuluh ribu, lima ratus."
Raya mengembungkan pipi. Pasalnya, uang yang tersisa di dalam kantung sakunya tinggal lima puluh ribuan dan sepuluh ribuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raya (ON GOING)
Teen FictionRaya Farica Aneira, gadis yang sedang berusaha memperbaiki diri dengan menahan kebiasaan buruknya di masa lalu. Kisah ini menceritakan ketika kerja keras tersia-siakan karena sebuah sikap tidak profesional mencampur urusan pribadi dengan hal lain. ...