13 - Tugas

53 72 2
                                    

Raya memantapkan langkahnya mendekat ke sumber suara. Mengendap-endap sambil membaca segala doa yang terlintas di kepalanya.

"hks... sakiit... jangan sentuh wajahku, Kak! Tangan lo kotor!"

Deg. Perasaan Raya mulai risau. Suara itu... sangat familiar di telinganya. Dengan cepat Raya melangkah mundur dan berlari kecil menemui Raju.

Untung saja siang ini penjaga perpustakaan sedang duduk diam di tempatnya. Jadi, tidak ada yang akan menegur Raya karena berlarian di perpustakaan.

"Kak Raju!" seru Raya berhasil mengalihkan fokus Raju dari buku yang sedang dibacanya.

"Jangan lari-lari an di dalam perpus!"

Raya terdiam beberapa saat. Dugaannya beberapa saat lalu ternyata salah. Raju menegurnya tidak jauh berbeda dengan penjaga perpustakaan. huh.

"Maaf," ucap Raya tulus. "Kak, ikut gue bentar, deh!"

Raju menautkan kedua alisnya bingung. "Ada apa?"

"Ayoo ikut aja!" paksa Raya.

Bukan Raju namanya kalau masih membantah dan memilih berdebat dahulu. Daripada menanyakan alasan, lebih baik Raju mengikuti saja. Nanti juga akan tau alasannya.

Raya berjalan beberapa langkah di depan Raju. Sampai pada titik dimana mereka bisa mendengar jelas suara isak tangis.

"Kak, gue kenal itu suara Ladya. Tapi, gue takut lihatnya," bisik Raya jujur.

Raju mengangguk sekali. Melangkah mendahului Raya. Tanpa mengendap, Raju berjalan menuju belakang rak tersebut.

Beberapa detik berjalan, tidak ada suara yang dihasilkan Raju. Semua masih diam, terkecuali suara isak tangis tadi. Raya semakin penasaran dibuatnya.

Raya memutuskan untuk menyusul Raju setelah merasa keadaan baik-baik saja.

"Kak Raju," panggil Raya.

Ada tiga orang di sana. Semuanya menoleh pada Raya, tanpa terkecuali. Namun, yang membuat Raya cemas adalah keberadaan Ladya yang merintih kesakitan.

"Ladya kenapa?" tanya Raya.

Namun, belum sampai ada jawaban mengenai pertanyaan Raya, lebih dulu Raju berbicara.

"Bawa ke UKS Rel!" suruh Raju.

Mereka, Ladya dan Farel berdiri dengan tangan Ladya yang dirangkulkan pada pundak Farel. Isak tangis Ladya sudah mereda, tapi mimik wajahnya tidak bisa berbohong kalau gadis itu sedang menahan rasa sakitnya.

"Hapus dulu bekas air matanya! nggak enak kalau jadi tontonan," ucap Raju memberitahu.

Di sela-sela keadaan seperti ini, Raya berhasil dibuat kagum oleh Raju. Pria itu sangat peduli dengan siapa saja. Berbicara dengan lembut dan bijak.

Tanpa disangka oleh Raya, Raju dan Ladya, tiba-tiba Farel mendaratkan jari jempolnya untuk menghapus bercak air mata di pipi Ladya. Seolah tak melakukan hal yang salah, Farel berjalan meninggalkan Raju dan Raya setelah memastikan tidak ada bekas air mata lagi.

Raya mengelus dadanya dengan menarik napas dalam-dalam. "Jadi, Ladya sakit apa?"

"Sakit perut, kata Farel tadi Ladya sedang datang bulan," balas Raju.

Mendengar itu, Raya teringat akan Raju yang belum memakan bekal darinya. Pasti perut Raju sedang keroncongan sekarang.

"Kak Raju sudah makan?" tanya Raya.

"Belum."

"Makan dulu, yuk!" ajak Raya.

"Tugas lo gimana?"

About Raya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang