6 - Kecewa

95 91 53
                                    

Maaf, satu kesalahan bisa membutakan mataku dari kebaikanmu yang telah lalu.

****

Tujuh menit lagi, waktu tes akan selesai. Raya semakin tidak tenang. Sudah 3 pesan berupa pertanyaan yang dikirim Raya pada Tiara. Namun, tak kunjung ada balasan. Semua nomor admin di grup juga sudah Raya periksa, dan tidak ada tanda-tanda nomor Raju di sana. Semua kontak admin grup tidak tercantum nama dan foto profil.

"Gue harus gimana, Lad?" panik Raya.

"Coba lagi! Coba masuk lagi ke website, jangan nyerah dulu! Anggap aja kali ini percobaan terakhir lo," ucap Ladya membangkitkan semangat Raya. "Bisa yok! Gue di sini buat lo, Ray!"

Raya mengatur napas. Lantas, menarik kursi belajarnya agar lebih mendekat ke arah meja. Membuka web dan mengisi semua data yang diminta.

"Load," ucap Raya masih dalam keadaan dirundung kepanikan.

"Tunggu aja! Mungkin kapasitas akun yang masuk terbatas, jadi lo harus tunggu sampai salah satu orang keluar dari web itu," ujar Ladya memberi penjelasan.

Raya melirik Ladya sekilas. "Kalau menetapkan sistem kayak gitu, pastinya Kak Tiara akan kasih batasan sesuai jumlah peserta."

"Iya juga, ya." Ladya menggaruk rambutnya. Mencoba memikirkan hal positif lainnya. Tidak mungkin juga mereka melakukan hal yang tidak menguntungkan seperti itu. "Mungkin memang kesalahan, Ray. Pikir positif aja ya!"

"Gue negative thinking juga buat apa? Toh, itu cuman dugaan semata yang belum tentu benar," balas Raya ramah.

Warna putih memenuhi layar laptop milik Raya, membuat Raya segera berpaling menatap lekat laptopnya. Setelahnya, muncul pertanyaan yang tertera angka 1 di atasnya.

Raya menghela napas lega. Soal tes akhirnya dapat ia kerjakan. Setidaknya masih ada waktu 4 menit untuk Raya mengerjakan soal-soal tersebut.

Tanpa menunggu lama, Raya men-scroll soal uraian. Di sana adalah soal paling penting dan bernilai tinggi. Hanya ada 3 pertanyaan. Raya harus bisa memanfaatkan waktu serta pikirannya dalam menyelesaikan tes ini.

Ladya yang melihat Raya tampak serius dalam mengerjakan, gadis itu tak lagi memberi wejangan maupun pertanyaan pada Raya.

"Kebaikan untukmu, Ray!"

****

Pukul 20.00 WIB. Raya berjalan menuju dapur dengan pikiran tertuju pada tes OSIS yang dilaksanakannya tadi sore. Meski pada akhirnya Raya berhasil mengikuti tes dalam sisa waktu sedikit, banyak kekecewaan yang Raya rasakan setelahnya.

Raya membuka salah satu pintu kulkas yang ada di dapur. Mencari dessert box yang Raya dapatkan dari dalam totebag miliknya yang kemarin dipinjam oleh Raju. Mungkin pemberian makanan ini sebagai bentuk terimakasih.

Entahlah, yang kini Raya rasakan hanya rasa senang melihat pemberian Raju. Melupakan kekecewaannya yang hadir sejak beberapa jam lalu.

"Hmmm... enak banget parah!" gumam Raya setelah berhasil menyantap sendokan pertama dan merasakan rasa soft dari coklat dan cream di sana. Tak lupa topping yang memiliki rasa berbeda dari dessert box pada umumnya. "Kak Raju beli dimana, ya? Pasti mahal."

Raya meletakkan sendok. Menopang dagu dengan kedua tangannya. Kemudian membayangkan kembali wajah Raju yang dilihatnya siang hari ini.

Kedua sudut bibir Raya terangkat membentuk lengkungan senyum. "Keren yaa, Kak Raju. Lebih keren lagi kalau jadi suami gue."

About Raya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang