Alarm ponsel Raya berbunyi tepat 10 menit setelah bel istirahat berbunyi. Raya sengaja memasang alarm 10 menit setelah bel istirahat, agar dirinya tidak berdesakan ketika di kantin.
Ladya menggeleng takjub dengan kelakuan Raya. Ladya tetap akan diam mengamati sekitar, kalau saja ajakan Raya tidak keluar dari mulutnya.
"Ayo ke kantin!" ajak Raya.
Ladya menyusul Raya yang sudah lebih dulu beranjak. Sahabatnya itu selalu memamerkan senyumnya setelah berbagi cerita tentang hari kemarin pada Ladya.
Beberapa betina kelas berhamburan masuk ke dalam ruang kelas, lantas bergerombol dan berbisik-bisik. Raya melewati saja orang-orang seperti itu.
Terkecuali cewek bermantel hijau yang kini berhenti tepat di depan Raya. Memandang Raya sambil tersenyum geli.
"Ada apa cute?" tanya Raya meladeni gadis bermantel hijau tersebut.
"Ada yang cariin, tuh di depan," balasnya dengan senyum terus terpancar.
Raya mencubit pelan pipi cewek yang dipanggilnya "cute" itu. Pipinya putih dan chubby, ditambah badannya yang mungil membuatnya gencar dipanggil "cute". Pipi yang tadinya putih menjadi merah ketika Raya melepas cubitannya.
"Gemes banget, sih," geram Raya.
"Gak gitu juga, Ray."
Ladya berhenti tepat di samping Raya. Tak lupa salah satu jarinya menoel pipi cewek yang asik berbincang dengan Raya.
Cewek itu mengalihkan pandangannya pada Ladya sambil mengerucut. "Tuh, Ladya ikutan juga."
Ladya tertawa pelan. Mendaratkan kembali jari telunjuknya pada pipi "cute"
"Gue dicariin siapa cute?" tanya Raya.
"Kak Arkaa huaaa," balas cute sambil bersorak girang. Senyumnya merekah dengan kedua tangan mengepal menahan gemas.
"Kenapa cute?" tanya Ladya dengan santainya. "Suka?"
"Bangeeet."
"Kok dia aneh, sih. Anak-anak lain pada suka sama kak Raju, dia malah pilih kak Arka," celetuk Ladya.
"Selera orang beda-beda, ya 'kan cute?" ucap Raya mencari pembelaan.
"Iya dong."
"Udah buruan temuin tuh, kasian," suruh Ladya tak sabar. "Gue tunggu di sini, ya."
Raya mengangkat jempolnya. Kemudian melirik cute sebentar. "Titip hati, gak?"
"ih enggaaak, gak usah, yaaa!"
Raya keluar dari kelas yang langsung dihadiahi pemandangan cowok tengah bersandar pada dinding, dengan satu kaki terangkat dan tangan masuk ke dalam saku. Pantas saja teman kelas Raya berhasil terpesona.
"Jiwa-jiwa cool-nya terasa sampe ke tulang boss," batin Raya yang ikut terpesona oleh Arka.
"Kak Arka?" sapa Raya seraya berjalan mendekat. "Cari aku?"
"Ray." Arka terkesiap. Matanya menatap Raya dalam, sebelum satu kata kembali terucap. "Maaf."
Menggeleng pelan sambil memamerkan senyumnya. Bahkan, Raya sudah melupakan perihal itu, tapi sepertinya Arka masih kepikiran.
"Maaf soal bola nyasar kemarin."
"Aku nggak apa-apa, Kak."
"Gapapa tapi pingsan."
"Pingsan doang, lagi. Mungkin karena kejadiannya terlalu tiba-tiba. Tapi sekarang aku udah gapapa," jelas Raya mencoba meyakinkan.
"Masih ada yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raya (ON GOING)
Teen FictionRaya Farica Aneira, gadis yang sedang berusaha memperbaiki diri dengan menahan kebiasaan buruknya di masa lalu. Kisah ini menceritakan ketika kerja keras tersia-siakan karena sebuah sikap tidak profesional mencampur urusan pribadi dengan hal lain. ...