Satu minggu menjelang acara terakhir OSIS periode Raju. Raya mendapat izin untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar setelah jam istirahat. Meminta izin sejak jam pertama sangat sulit, oleh karena itu Raju mengatur kembali strateginya.
Semua kegiatan hari ini terencana dengan baik. Tidak ada yang diperbolehkan mengerjakan hal yang seharusnya dikerjakan esok hari. Raju tidak mau mengambil risiko jika anggotanya sakit karena terlalu lelah.
"Ray, gue ke toilet dulu. Nanti kalau ada yang butuh duitnya, tinggal lo catat sendiri aja, nggak perlu tunggu gue kelar dari toilet," pesan Intan yang sudah menahan panggilan alamnya sedari tadi.
"Iya, Kak. Tenang aja, aman sama gue."
Lantas, Intan berlari kecil keluar ruang OSIS. Beberapa orang yang berlalu lalang di hadapannya menjadi korban senggolan Intan. Sesekali ada yang marah sampai memberi nyinyiran pada Intan.
Raya yang memerhatikan tingkah konyol kakak kelasnya itu hanya bisa menggeleng dengan senyum tipis.
"Semuanya sudah makan?" tanya Raju yang berteriak dari ambang pintu.
Semua yang ada di dalam ruang OSIS menjawab pertanyaan Raju, termasuk Raya. Raju tersenyum bangga dengan dirinya sendiri. Mempunyai anggota yang patuh dan tidak membuatnya susah-susah menegur ataupun membelikan makan.
Ponsel Raya yang bergetar berhasil merebut perhatian sepenuhnya. Raya menatap layar dengan nama 'Ladya' di sana. Sahabat susah senang sedari SMP.
"Kenapa?" Raya bertanya setelah memilih opsi untuk menerima panggilan. "Kalau lo suruh gue ke kelas, gue lagi nggak bisa, Lad."
"Dih, enggak," ucap Ladya disusul decakan pelan setelahnya. "Cuma mau tanya, sih."
"Tanya apa? Buruan!"
"Kak Farel."
Satu detik setelahnya Raya memutar bola matanya dengan malas. Belakangan ini perkembangan hubungan Ladya dan Farel terpaut jauh dari Raya dan Raju. Mungkin karena mereka yang sama-sama berjuang tanpa mengedepankan ego.
"Kak Farel ada di sana, nggak?"
Raya mengedarkan pandangan pada sekitar. Mencoba mencari keberadaan sosok Farel yang mungkin sedang menjahili rekan OSISnya.
"Nggak ada. Kayaknya belum balik dari kantin, deh." Raya melempar senyum ketika matanya bertemu dengan mata Raju. "Kenapa nggak tanya kak Farel langsung?"
"Nggak aktif nomor dia," balas Ladya terdengar memelan. "Em... kak Farel minta waktu sebentar katanya. Nggak mau diganggu. Gue cuma minta tolong sama lo, Ray. Tolong tanya sakitnya udah mendingan atau belum!"
"Kak Farel sakit?" tanya Raya dengan ekspresi terkejut. Pasalnya, tadi Raya melihat Farel memindahkan kursi yang tidak terpakai di ruang OSIS. "Sakit apa?"
"Kemarin waktu gue ajak sholat bareng di masjid sekolah, katanya kaki dia sakit abis main bola."
Raya mengangguk singkat dan mengucap kalimat untuk mengakhiri telepon mereka. Menghela napas setelah memilih untuk diam sebelum Ladya yang datang dan bercerita dengan kemauannya sendiri.
"Ray, Intan mana?" Raju berjalan menghampiri Raya. "Bendahara lainnya juga kemana?"
"Kak Intan lagi ke toilet. Kalau bendahara yang lain ikut kak Agi ke percetakan."
Raju berdecak pelan. Kemudian, mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk memastikan keberadaan Agi bersama Dila dan Ayu selaku bendahara pada event ini.
"Kak, tugas kakak-kakak bendahara yang lain sudah selesai, kok. Kak Raju nggak perlu khawatir. Mungkin memang kak Agi sedang butuh bantuan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raya (ON GOING)
Teen FictionRaya Farica Aneira, gadis yang sedang berusaha memperbaiki diri dengan menahan kebiasaan buruknya di masa lalu. Kisah ini menceritakan ketika kerja keras tersia-siakan karena sebuah sikap tidak profesional mencampur urusan pribadi dengan hal lain. ...