10 - Hasil

57 68 4
                                    

Kenyataan sering kali membuat kita menjadi dewasa. Namun, sering pula kita tidak menyadari akan hal itu.

****

Pagi ini terasa sangat ringan bagi Raya. Tidak ada beban tugas, maupun beban pikiran. Dengan senyum mengembang, Raya berjalan dari area parkir sekolah menuju kelas. Sesekali bersenandung lagu anak-anak.

Raya kembali berangkat bersama Ladya. Mereka menggunakan motor Ladya untuk meminimalisir resiko Raya kabur dari sekolah dan bolos lagi.

Ladya menggelengkan kepala berulang kali kala melihat tingkah Raya yang begitu riang. Merasa takjub dengan perubahan perasaan Raya. Padahal, kemarin selalu mendung, apalagi saat bertemu Tiara.

"Ray, hati-hati ada motor, tuh!" peringat Ladya.

"Iya ini gue hati-hati."

"Jalan di pinggir, Ray!"

"Iya ini di pinggir," kesal Raya. "Bawel banget, sih."

Ladya tertawa kecil. "Lo kenapa, sih? Pagi-pagi udah nggak bisa berhenti senyum gitu."

"Senang. Nggak ada orang sedih bisa senyum selebar ini."

Cewek itu. Ladya hanya bisa menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya. Melihat Raya riang seperti ini membuat perasaannya ikut senang.

Raya berjalan sambil melambai-lambaikan tangan, menyapa beberapa temannya yang berlalu lalang. Tidak sedikit murid SMA Cakrawala yang Raya kenal, meski baru beberapa minggu gadis itu berstatus sekolah di SMA Cakrawala.

"Kotak bekalnya jangan di pontang-panting gitu, Ray. Nanti isinya berantakan!" peringat Ladya kedua kalinya.

"Mana ada kotak bekal?" tanya Raya.

"Itu di tangan lo," tunjuk Ladya.

"Bukan. Ini setengah lingkaran bekal. Lihat, nih!" bela Raya sambil menunjukkan tempat makannya yang berbentuk setengah lingkaran.

Ladya mendengus kesal. "Iya, setengah lingkaran bekalnya jangan di pontang-panting! Nanti isinya berantakan."

"Nggak akan berantakan. Karena sudah ada sekat-sekat di dalamnya. Tadi Bi Mani juga sudah taruh sup di plastik. Jadi, aman," jelas Raya.

Huh! Ladya menyerah. Lebih baik diam saat menghadapi orang sedang berbahagia seperti Raya pagi ini. Lagipula jalan ke kelasnya masih lumayan panjang, ditambah pelajaran kimia sebagai pembuka pembelajaran hari ini. Ladya harus menghemat energi.

"Lo bawa bekal, nggak?" tanya Raya.

Ladya menggeleng. "Enggak."

"Oh oke, nanti gue antar ke ka... Kak Raju!"

Ladya mengangkat kepalanya mengikuti arah pandang Raya. Ladya melihat Raya tengah melempar senyum pada pengendara motor hitam. Sungguh menakjubkan. Bisa-bisanya Raya menyerukan nama Raju di tengah obrolan mereka.

"Dia Kak Raju kah? Raya sudah baikan? Atas dasar apa?" Pikiran Ladya terus diputari oleh pertanyaan-pertanyaan yang menyerang dirinya.

Ladya melempar tatapan tidak percaya. Pagi yang penuh kejutan. "Ray, lo udah nggak marah?"

"Untuk apa?"

Ladya menautkan kedua alisnya bingung. "Jadi lo udah nggak marah sama Kak Raju?"

Raya terkekeh. Lantas melangkah lebar mendahului Ladya sambil berjalan mundur. "Kemarin-kemarin juga gue nggak marah, cuman kecewa aja, dikit."

"Sama aja."

"Beda!"

Namun, Ladya menghiraukan tentangan Raya tersebut. Baru saja Ladya akan menarik lengan Raya, gadis itu sudah lebih dulu terpental akibat menabrak seseorang.

About Raya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang