14 - Pingsan

63 76 3
                                    

Pagi ini kelas Raya sedang melaksanakan olahraga di lapangan tengah. Dimulai dari pemanasan yang dipimpin salah satu teman Raya. Hingga baris memanjang ke belakang untuk persiapan lari satu persatu.

Raya berada di barisan tengah. Sambil menunggu giliran lari, Raya melihat kelas lain yang juga tengah olahraga di lapangan yang sama. Bedanya, mereka sudah pemanasan dan memulai permainan sepakbola.

"Lad, itu kelas kak Arka, bukan?"

Ladya memicingkan matanya. "Kak Arka OSIS?"

"Iya."

Dengan berbekal pengetahuannya tentang anggota OSIS, Ladya memerhatikan cowok yang Raya tunjuk. Bukan Ladya namanya kalau tidak update cogan dan berita terbaru di sekolah.

"Em... iya, deh kayaknya itu kak Arka. Kurang jelas kalau dilihat dari sini."

"Raya Farica Aneira!" seru Pak Anto, guru olahraga kelas Raya.

"Iya, Pak?" balas Raya.

"Kamu yang namanya Raya?"

"Iya, Pak."

"Tolong ambil dua bola basket di sana!" perintah Pak Anto sambil menunjuk ranjang bola yang ada di ujung lapangan. "Izin guru olahraga yang ada di sana dulu, ya!"

Raya mengangguk patuh. "Iya, Pak."

Dengan berlari kecil Raya mendekati ranjang yang ada di ujung lapangan. Berusaha berlari di tepi lapangan agar tidak mengganggu kegiatan sepak bola.

Tanpa disangka, bola melayang dengan cepat mengarah pada cewek yang sedang berjalan di pinggir lapangan. Raya yang melihatnya pun memekik sambil berlari mendekati cewek itu.

Bola tertepis oleh tangan kanan Raya. Untung saja tidak sampai mengenai bagian tubuh cewek tadi. Walaupun telapak tangan kanan Raya menjadi korban.

Raya meringis kesakitan sambil menggerakkan tangannya beberapa kali.

"Makasih," ucapnya.

Belum sempat bibir membalas ucapan itu, hantaman keras terasa pada tengkuk Raya. Mendadak pusing menyerang kepalanya, hingga Raya tak lagi mampu menahan tubuhnya untuk terhuyung ke bawah.

Serangan kedua yang mengenai Raya merupakan tendangan dari Arka. Setelah menyadari kecerobohannya, Arka berlari sekuat tenaga mendekati Raya.

"Berhenti! Biar gue yang bawa."

Suara lantang berhasil menghentikan langkah Arka. Semua orang yang ada di lapangan tengah mengalihkan pandangan pada satu titik. Namun, kegiatan lari bergilir untuk kelas Raya tetap berlanjut.

"Lanjut olahraga sana!"

Semua orang yang melihat kejadian itu memberi tatapan kagum. Tapi tidak termasuk Arka dan cewek yang hampir bernasib sama dengan Raya saat ini. Mereka diam dengan rasa bersalahnya.

"Kak," panggil Arka pelan. Arka memundurkan langkahnya setelah melihat Raya dibawa keluar dari lapangan tengah. "Maaf. Aku gak sengaja."

"Minta maaf sendiri ke Raya nanti!"

****

Raya membuka matanya. Rasa sakit pada bagian kepala menyerang pertama kali setelah kesadarannya. Spontan, rintihan kesakitan keluar dari mulut Raya.

"Ray."

"Kenapa?"

"Kepalanya sakit?"

Pertanyaan beruntun terucap oleh cowok berbadan tegap dengan kening kian terlipat. Cowok itu baru saja selesai berbincang dengan petugas uks. Mengetahui kondisi Raya yang kesakitan membuatnya kembali memanggil petugas uks.

About Raya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang