Seseorang yang mudah memutuskan sesuatu adalah orang yang mudah pula berputus asa.
****
Setelah merasa sedikit tenang, Ladya kembali memasuki kelas. Berniat menagih janji Raya tadi pagi, yaitu mengantar Ladya ke kantin. Dengan membawa Raya ke kantin, Ladya berharap bisa membuat Raya menjadi lebih baik.
"Ray, kantin yuk!" ajak Ladya. "Tadi katanya mau antar gue ke kantin."
Raya menatap Ladya sebentar, lantas mengeluarkan dua tempat makan dari kolong mejanya. Raya menggeser tempat makan tersebut sampai berada tepat di depan Ladya.
Kotak makan yang tak asing bagi Ladya. Seperti pernah melihatnya, tapi kapan dan dimana Ladya tidak ingat.
"Makan!" suruh Raya. Nada suara gadis itu berubah dingin.
Ah, Ladya ingat. Tempat makan itu milik Raju. Raya sempat memamerkannya pada Ladya melalui whatsapp. Pasti hari ini Raya berniat mengembalikannya, namun diurungkan karena pengumuman OSIS tadi.
"Ray, ikhlas, ya!" ucap Ladya lembut.
Kedua mata Raya menatap dingin ke arah Ladya. "Gue masih belum bisa terima kegagalan lo, Lad."
Ladya memejamkan matanya sebentar. Menarik napas panjang, kemudian menghembuskan perlahan. Ladya tidak boleh membiarkan kejadian kemarin terulang kembali. Raya tidak boleh kabur dari sekolah.
"Gue aja nggak terlalu mempermasalahkan itu. Come on, Ray!" Ladya menepuk pundak Raya pelan. "Gue antar ke kelas Kak Raju kembalikan kotak bekal, yuk! Sekalian bungkus makanan ke kantin."
Raya terdiam. Sepertinya kali ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu Raju. Selain kecewa, Raya juga malu dengan hasil tesnya yang pasti terpantau oleh Raju.
"Ayo!" ajak Ladya lagi. "Dengan seperti ini, lo nggak akan merubah diri lo maupun gue untuk bisa masuk OSIS, 'kan?"
"Dengan diam merutuki kejadian yang telah usai, gue emang nggak bisa kembali ke masa itu."
Raya berdiri dengan sorot mata semakin dingin. Kedua bola matanya mengarah pada jam tangan sekilas.
"Tapi, gue pasti bisa jauh lebih baik dari mereka yang masuk OSIS dengan melewati beberapa tes."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Raya beranjak dari bangkunya. Berjalan gontai menuju pintu kelas.
"Kemana, Ray?" cegah Ladya.
"Lo mau makan bekal dari gue atau makanan kantin?"
"Be... bekal lo aja," balas Ladya tertatih, meski Raya tidak terlihat semenyeramkan itu.
"Oke." Raya melanjutkan jalannya. Keluar dari ruang kelas meninggalkan Ladya seorang diri.
Kini senang dan risau mendominasi perasaan Ladya. Senang karena berhasil membuat Raya mengucap kalimat yang menyatakan bahwa dirinya pasti bisa lebih baik dari mereka.
Dan risau karena kepergian Raya yang entah kemana. Ladya takut jika Raya akan kembali menjadi gadis penentang aturan, seperti pada saat menduduki bangku SMP kemarin.
"Gue harus kejar dia."
****
Otak Raya yang bersih membuat pemikirannya menjadi jernih. Raya tidak akan mengandalkan emosi untuk kali ini. Tapi, Raya akan menggali informasi sebanyak mungkin sampai kepercayaan terbentuk sempurna.
Kaki Raya melangkah, membawa pada suatu tempat yang ia yakini bisa memberi sedikit pencerahan. Saat ini Raya berada di koridor ruang OSIS.
Almamater OSIS tersampir di kursi depan ruang OSIS. Jujur, rasanya ingin sekali putus asa saat melihat almamater dan pintu besar itu. Namun, Raya akan menjadi pribadi yang mudah memutuskan sesuatu jika mudah putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raya (ON GOING)
Teen FictionRaya Farica Aneira, gadis yang sedang berusaha memperbaiki diri dengan menahan kebiasaan buruknya di masa lalu. Kisah ini menceritakan ketika kerja keras tersia-siakan karena sebuah sikap tidak profesional mencampur urusan pribadi dengan hal lain. ...