Usapan halus terasa pada bahu kanan Raya. Terasa lembut dan menenangkan. Namun, tangis Raya belum juga terhenti. Ingin sekali menurunkan kedua telapak tangannya dari wajah, kemudian melihat siapa orang baik di sampingnya saat ini.
Raya menghela napas panjang. Mengusap air mata di wajahnya, kemudian menurunkan kedua tangannya.
Sepasang mata Raya terbuka lebar. Betapa terkejutnya Raya ketika mendapati Raju sang ketua OSIS berada di sampingnya dengan tersenyum tenang.
Senyuman itu seolah membius Raya hingga tak dapat menggerakkan tubuhnya dalam hitungan detik. Raya melihat ketulusan pada ekspresi itu.
"Eh, kak," ucap Raya canggung dan dengan suara seraknya.
Raya membenarkan posisi duduknya. Tangan kanannya mencari kesibukan dengan melepas jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kiri. Kemudian memainkannya.
"Lanjutkan saja, nggak papa. Lepaskan semuanya!" ucap Raju dengan senyuman yang masih bertahan tanpa memudar sedikit pun. Tangan kirinya berhenti mengusap bahu Raya. Beralih meletakkannya di atas pangkuan. "Maaf, tadi gue dengar cukup banyak pembicaraan lo dengan... Mama?"
Raya mengangguk. "Iya, kak. Mama gue."
"Mau cerita? Gue siap mendengar dan kasih saran dengan sesuka hati," tawar Raju bak tengah membujuk anak kecil.
"Sudah biasa, kak. Gue baik-baik aja." Raya tersenyum tipis dengan mata masih merah dan bercak air mata di sekitarnya.
"Setelah gagal menahan tangis di tengah taman, dengan mudahnya lo bilang baik-baik saja?" Raju melontarkan pertanyaan sambil mengalihkan pandangan menatap ruang OSIS yang sudah mulai ramai.
Menunda kepergian menuju ruang OSIS. Raju tahu bahwa di sini ada yang lebih butuh komunikasi dan perhatian. Toh, rapat OSIS akan dimulai lima belas menit lagi.
"Raju!"
Seruan dari arah belakang mereka membuat Raju dan Raya menoleh ke belakang secara bersamaan.
Tampak seorang gadis berambut hitam terkuncir rapi dengan jas maroon kebanggaan OSIS melekat pada tubuhnya.
"Kenapa?" tanya Raju.
Gadis itu berjalan mendekat. Menatap Raya sebentar sebelum membalas pertanyaan Raju, "Bantu gue cari file-file proposal selama masa periode kita!"
"Nanti aja," tolak Raju.
"Sekarang, Ju. Mumpung gue ada waktu," paksa gadis itu.
"Kalo lo sibuk, gue akan cari sendiri nanti," putus Raju tak mempermasalahkan hal sepele seperti ini. "Lagian lo mau cari file-file itu buat apa?"
Mencari file setahun terakhir bukanlah hal yang sulit, karena file-file tersebut sudah Raju pastikan berada pada satu box yang sama.
"Bentar lagi, kan pergantian pengurus, masa lo lupa? Pastinya dokumen kita selama satu periode penuh akan diberikan ke pengurus baru sebagai contoh format file."
Raju bergumam pelan. "Iya, nanti gue carikan. Sekarang lo selesaikan dulu proposal event bulan depan!"
Raya berhasil dibuat terpesona setelah mendengar jawaban Raju. Suaranya terdengar sabar.
Gadis bawel itu mendekat dengan wajah tertekuk seolah tak terima dengan penolakan yang Raju sampaikan.
"Rajuuu, event bulan depan ya bulan depan. Masih lama, mending sekarang kita cari proposal-proposal kita sebelumnya," rengeknya.
Raju memasukkan pasokan udara melalui hidung, kemudian mengeluarkan dengan perlahan. Butuh kesabaran ekstra dalam menghadapi gadis di hadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raya (ON GOING)
Teen FictionRaya Farica Aneira, gadis yang sedang berusaha memperbaiki diri dengan menahan kebiasaan buruknya di masa lalu. Kisah ini menceritakan ketika kerja keras tersia-siakan karena sebuah sikap tidak profesional mencampur urusan pribadi dengan hal lain. ...