23. Dingin

180 34 3
                                        

Happy reading all!

"Mas sendiri."

Lintang merasa atmosfer di sekitarnya seketika membeku. Awan memang pernah bercerita, bahwa ada seorang siswa dari SMA Lokatara yang sangat berambisi untuk memecahkan kasus meninggalnya siswa-siswi secara misterius. Cowok itu selalu diteror sebab mengumpulkan banyak sekali bukti, sampai akhirnya dikabarkan menghilang secara tiba-tiba, banyak orang yang berasumsi kalau dia dibunuh oleh si hantu—pelaku. Sampai sekarang, tidak ada yang berani lagi ikut campur dalam kasus itu, karena tidak ingin bernasib sama seperti siswa tersebut.

Namun kenyataan apa ini? Ternyata selama ini, Hasim lah dibalik siswa legenda itu. Lintang masih berusaha mencerna apa yang barusan ia dengar.

"Mas Hasim, tapi kok bisa?---" Lintang kemudian terdiam. Tatapannya seketika berubah menjadi horor, "Mas... ini masih jadi arwah, ya?"

Hasim malah tersenyum mendengar penuturan Lintang. "Mas semakin yakin kamu bisa mecahin kasus ini," ujarnya tanpa diduga.

Tunggu, jadi Hasim yang di depannya benar-benar arwah, bukan manusia?

Padahal Lintang asal menebak saja, ternyata dugaannya benar. "T-tapi kalau Mas itu arwah, kok orang-orang bisa liat?" Gadis itu shock dengan apa yang barusan ia dengar.

Hasim menarik napas panjang. "Jadi gini, mas juga masih belum tau alasannya. Tapi satu hal yang mas ngerti, kita gak bisa keluar dari sekolahan ini." Ia menatap ke arah tembok pembatas yang berdiri kokoh, mengelilingi area sekolah. "Mas bangun di tempat yang sama setelah ditusuk, anehnya hari itu udah malem. Mas awalnya heran, kok gak ada yang bangunin. Sadar-sadar Mas udah disini selama tiga tahun, pas golongan Jiwo masuk di sekolah ini."

"Ada perisai yang ngurung kalian disini? Maka dari itu Mas ndak bisa balik ke raga kamu," tebak Lintang.

"Tepat banget!" Hasim menjentikkan jarinya. "Mas udah coba berkali-kali buat keluar dari sini, bahkan sampai rela masuk ke raga Awan buat perantara. Tapi tetep aja gak bisa," tuturnya sambil cemberut.

Lintang terdiam mendengar hal itu, otaknya masih berusaha mencerna berbagai kejadian diluar nalar yang terjadi di SMA Lokatara. Mulai dari siswa-siswi yang dikabarkan menghilang secara misterius setelah kembali ke sekolah habis maghrib, kelas bahasa yang dibilang sebagai kelas tak kasat mata, arwah yang bisa dilihat semua orang, lalu jiwa Hasim yang terkurung di dalam sekolah. Oke, Lintang benar-benar merasa sekolah ini penuh rahasia kelam yang tertutup di depan media televisi.

"Mungkin, ada gerbang gaib di sekolah ini."

Hanya itu saja yang bisa ia pikirkan saat ini.

"Gerbang gaib? Yang pernah kakek ceritain waktu itu?"

Lintang mengangguk, "Gerbang yang menghubungkan antara dua dunia."

"Tapi biasanya kan gerbang gaib adanya di kerajaan-kerajaan gaib yang besar, lah ini cuma sekolah. Kok bisa ada gerbang gaib disini?" tanya Hasim keheranan. Bukan apa, tapi untuk terciptanya gerbang gaib sendiri pasti membutuhkan energi yang sangat besar. Kalau dibandingkan dengan tempat-tempat angker seperti hutan, gunung, atau laut, jelas sekolah tidak ada apa-apanya.

"Aku juga ndak tau Mas, tapi cuma itu yang terlintas dipikiran aku."

Lintang kembali terdiam. Matanya memicing, mungkin karena banyaknya makhluk dan energi negatif disini bisa saja memunculkan sebuah portal ke dunia lain. Walaupun energinya tidak sekuat itu. Tapi Lintang selalu melihat energi negatif yang muncul dari hampir seisi orang sekolah ini. Hawa yang selalu dingin, dan juga kasus kematian yang belum terungkap. Mungkin semua saling berhubungan.

"Dek, udah jangan dipikirin. Salah Mas sendiri udah narik kamu masuk ke dalam masalah ini," Hasim menepuk-nepuk pundak Lintang.

Lintang menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, "Ndak Mas, malahan aku seneng bisa bantu kamu."

No Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang