Hai! Kejutan nggak aku up jam segini?😂 Padahal lebih suka malam aja, biar dapet feel-nya. Tapi gimana lagi, tanganku gatel banget pengen cepet-cepet update 🙂
Btw kalian voter ke berapa nih?
Happy reading 🌼
Fajar pagi mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Belum sepenuhnya keluar, karena sinarnya belum mencapai seluruh area kompleks Miradi. Kompleks masih tidak terlampau ramai, karena ini masih sangat pagi. Tidak ada kabut, adanya hanya embun yang menetes di jendela kamar Lintang, yang masih tertutup rapat.
"Assalamualaikum! Lin, Lintang! Cepetan buka!"
Demi Alea yang terjungkal ke lantai, ini masih jam lima pagi! Lintang saja baru tidur lagi sejak habis sholat subuh tadi. Tapi, sudah ada yang menggedor-gedor pintu rumahnya kayak orang kesetanan.
"Waalaikum salam! Iya, ya sabar toh!"
Dengan rasa tidak ikhlas, Lintang bangkit dari kasur kesayangannya. Menghampiri seseorang yang masih setia di depan pintu. Padahal dia masih menikmati berhalusinasi di alam mimpi, tapi semua haluan itu harus sirna hanya karena sebuah teriakan melengking di pagi hari.
"Ada apaan sih Meg? Pagi-pagi udah heboh sendiri?" Lintang mengacak rambutnya, menguap karena kemarin ia tidur terlambat. Tapi jika dilihat, wajah Mega yang tegang seperti itu tidak biasa.
"Gue liat sesuatu!" Mega berteriak.
Membuat Lintang terkejut setengah heran. "Bukannya mata batin kamu udah ditutup?"
Mega menggeleng cepat, "Bukan liat arwah! Lu tau kan gue bisa menafsir mimpi?"
Dahi Lintang semakin mengerut, "Eh, masa sih? Kamu belum cerita kok sama aku!" Ini entah Mega yang bener belum cerita atau Lintang yang masih belum sepenuhnya sadar, mungkin otaknya masih mulai bekerja sekarang. Mendadak Lintang merasa menjadi orang tolol seperti Patrick star di kartun Spongebob.
Mega menghela napas berat, lantas menggandeng tangan Lintang untuk masuk ke dalam rumah tanpa bertanya pada pemilik rumahnya dulu. Mereka berdua duduk di sofa, dengan Lintang yang masih menguap.
"Sebenernya kemampuan gue nggak cuma indigo doang, gue bisa menafsir mimpi sama telekinesis."
Lintang yang semula tidak tertarik dengan percakapan ini menjadi antusias setelah mendengar kemampuan yang disembunyikan Mega. "Wah! Keren banget anjir! Banyak juga ya kemampuan kamu."
"Keren? keren apanya? Yang ada gue malah takut."
"Halah kamu ini, punya kelebihan ya disyukuri to, bukannya malah heboh di depan pintu rumah orang," sindir Lintang memutar bola matanya. Masih sedikit kesal karena Mega mengganggu acara tidur paginya. Padahal seharusnya, ucapan itu juga untuk dirinya. Sepertinya Lintang lupa diri.
"Namanya juga orang panik, masa lu gak paham?"
Lintang akhirnya mengalah agar masalah tidak menjadi semakin panjang kali lebar, "Iyo-iyo, wes. Tadi mau ngomong apa?"
Mega mendekat seraya berbisik, "Gue liat sesuatu di mimpi gue."
"Apaan?"
"Cowok kemarin."
Lintang melongo, "Kamu bela-belain pergi ke rumahku cuma buat cerita kamu liat cowok di mimpi kamu?!--,"
"Ish, bukan gitu! Makanya jangan asal nyahut aja, dengerin dulu atuh!" Mega mengomel, membuat pribadi di sebelahnya mendumel kesal. "Lu ingat pas kita pulang kemarin ada cowok yang masuk lagi ke sekolah maghrib-magrib?" Lintang mengangguk, Mega melanjutkan kembali setelah mendapat respon Lintang. "Jadi gue tuh semalem mimpi, cowok yang kemarin itu terjebak di gudang sekolah. Dia teriak-teriak minta tolong ke gue. Gue nggak tau persis kenapa, soalnya gue juga lupa. Yang jelas entah gimana tiba-tiba kepalanya putus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
No Soul ✓
Terror"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu." "Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka." ___________________________ "Lu beneran bisa liat?" "Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...