"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu."
"Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka."
___________________________
"Lu beneran bisa liat?"
"Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAI-HAI! VOTER KE BERAPA NIH?
"Kak Yanto!"
"Eh, ada apaan Lin?"
"Mau ke perpus ya?" tanya Lintang, yang diangguki oleh cowok itu. "Ikut dong! Sekalian mau balikin buku kemarin." Gadis itu menunjukkan buku yang didekapnya.
Yanto kembali mengangguk paham, "Boleh, yok!"
Lintang tersenyum menanggapi, gadis itu berjalan mengekor di belakang Yanto. Sejujurnya ia merasa nyaman berada di dekat Yanto. Walaupun terkadang cowok itu begitu misterius, membuat Lintang jadi ingin mengorek apa yang disembunyikan oleh Yanto. Tapi ia takut, takut jika itu bisa membuat hubungan mereka renggang karena ada sesuatu yang terungkap. Entah, Lintang juga tak ingin hal itu terjadi.
"Bu, mau saya mau mengembalikan buku cetak." Yanto meletakkan setumpuk buku tebal di atas meja.
Bahkan Lintang yang melihatnya hanya terdiam saat mendapati ibu penjaga perpustakaan hanya tersenyum tipis menanggapi, namun matanya sedikit bergetar seperti orang gugup. Ada sesuatu yang mencurigakan disini. Keinginan Lintang untuk memegang tangan cowok itu semakin besar, agar bisa mencari sesuatu yang ada di masa lalunya, yang mungkin berhubungan dengan semua ini. "Bu saya juga mau mengembalikan buku," ujarnya kemudian sambil ikut tersenyum tipis.
"Baik Lintang, kamu mau pinjam lagi?" tanya wanita yang berumur sekitar tiga puluh itu, yang hanya diangguki oleh Lintang. Ibu penjaga perpustakaan kemudian pergi untuk mengembalikan buku yang mereka pinjam ke rak.
"Lin, mau ikut balik ke kelas atau tetep disini?" Yanto ikut bertanya.
Lintang lantas menggeleng pelan, "Gak dulu Kak, mau cari buku lain." Gadis itu menolak dengan halus.
Lintang mengernyit heran, tak mengerti. "Kenapa Kak?" Tapi ia tetap juga tak membantah, gadis itu menuruti perintah Yanto untuk memegang tangannya. Setelah lima detik, barulah Lintang menarik kembali tangannya.
"Lu liat apa?" tanya cowok berambut cokelat itu.
Dahi Lintang terlihat semakin mengerut, "Ya tangan Kak Yanto lah, emang---," ucapannya seketika terputus. Ada benarnya juga, saat menyentuh tangan Yanto, Lintang tak bisa masuk ke dalam ruang kilas balik. Aneh, biasanya jika ia ingin melihat kilas balik seseorang, Lintang hanya menyentuh tangannya saja. Ini berbeda, sekeras apapun Lintang mencoba tetap tidak bisa. Seakan ada dinding penghalang yang membuatnya tidak bisa menembus ruang kilas balik milik Yanto.
Sedangkan Yanto, cowok itu malah tersenyum. Bukan senyum tipis nan sendu yang selama ini ia tunjukkan, malah kali ini terkesan lebih misterius lagi. "Gak bisa liat, ya?"
"Kok bisa... apa-apaan sih ini? Kenapa aku nggak bisa liat masa lalunya Kak Yanto?" — Lintang membatin kesal. "Liat apaan sih Kak?" ujarnya dengan jengkel, lantaran tak mengerti maksud Yanto.