Happy reading 🦋
Kematian Sarah menjadi trending topik di televisi maupun media sosial. Tersebar luas bagaimana SMA terkenal se-Indonesia itu bisa memakan korban jiwa. Namun pak kepala sekolah hanya mengatakan bahwa ini cuma insiden, dan penyebabnya adalah dari Sarah sendiri yang mencoba untuk melakukan bunuh diri.Polisi juga tidak menyelidiki kasus ini lebih lanjut. Hanya mengamankan TKP, setelah itu membiarkan langkah selanjutnya ditentukan oleh pihak sekolah.
Dunia ini begitu kejam.
Bukan, dunia ini lebih dari sekedar kejam saja. Apalagi manusia dengan segala sifat mereka, menyeramkan. Sampai sekarang, Lintang tetap tidak mengubah opininya perkara itu. Karena sudah banyak bukti-bukti di depan mata, membuat Lintang semakin benci mengakui kalau opininya memanglah benar.
"Udah ngerasa baikan?"
Gadis itu mengangguk kecil. Walaupun masih terasa nyeri di pergelangan tangan kanannya yang terbalut kasa, serta infus menancap di sebelah kiri. Lintang tidak sadarkan diri setelah insiden di sekolah. Bangun-bangun gadis itu sudah berada di ranjang rumah sakit. Terbaring lemas dengan infus yang mengalir ke tangannya.
"Ya ampun Lin, jangan gegabah kayak gini dong. Kan kita jadi khawatir!" Mega mengusap pipi Lintang.
"Gimana keadaan Sarah?"
"Keadaan Lo udah kayak gini, masih aja mikirin orang lain." Mega menggeleng, "Sadar nggak sikap altruisme itu udah hampir ngerenggut nyawa Lo sendiri!"
"Karena aku dikasih kelebihan emang buat bantuin orang lain, Meg!"
"Tapi setidaknya pikirin diri Lo," lirih Mega. "Itu semua bukan tanggung jawab Lo Lin, gak perlu sejauh itu buat bantuin orang lain."
"Aku harus, janji adalah janji."
"Lo gak mikir gimana khawatirnya Tante sama om kalau tau kondisi anaknya sekarang?" Ucapan Mega membuat Lintang sukses terdiam. Baru kali ini Lintang bisa tertampar dengan kata-kata dari Mega. "Udah cukup Lin, Lo udah berjuang sejauh ini. Dan sekarang saatnya Lo berhenti," imbuhnya lagi.
"Ini belum seberapa dibandingkan dengan usaha yang dilakuin kak Sella sama Mas Hasim."
"Ya, terus sampe ngorbanin nyawa gitu maksud Lo?"
"Setidaknya mereka bisa bantuin orang lain."
Mega menghela napas panjang, kemudian tersenyum meledek. "Sumpah Lin, Lo orang paling ambis yang pernah gua kenal."
Bukannya tersinggung atau marah, Lintang malah mengulas senyum tipis. "Kamu udah tau," ia memang tidak memiliki argumen untuk menyanggah penuturan Mega. Lintang sendiri mengakui kalau dirinya memang ambisius terhadap sesuatu yang belum ada satupun orang bisa memecahkannya.
Mega menggeleng maklum, "Terserah Lo mau ngapain. Yang penting, jangan sampai diri Lo kenapa-kenapa."
Lintang mengangguk, "Of course Meg. You don't have to worry about me."
"Gini nih, kalau ngomong sama anak bahasa." Mega mengubah wajahnya menjadi poker face. Membuat Lintang tertawa terbahak-bahak.
"Kamu tau, pak Agus selalu marahin Awan karena ndak bisa bahasa Inggris, apalagi pas kelas bahasa Korea sama bahasa Jepang."
Mega bergidik sendiri, "Gua auto pindah kelas lain njir, pak Agus ngeri soalnya!"
"Kita udah terbiasa sama kekejaman pak Agus," Lintang tersenyum —lebih mengarah ke wajah tertekan. "Tapi kalau aku ndak bisa, gimana bisa bicara sama Haruto pas fansign nanti."
![](https://img.wattpad.com/cover/249287368-288-k867367.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
No Soul ✓
Terror"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu." "Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka." ___________________________ "Lu beneran bisa liat?" "Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...