Haii! Ada yang kaget ga aku update jam segini? Wkwkwk.Happy reading 🌼
Kamis sore.
Hari ini tepat ketiga harinya setelah insiden kebakaran di kosan Dewa terjadi. Awan dan Jiwo harus ijin absen selama tiga hari ini karena ikut mengantarkan jenazah Adam kembali ke Depok bersama yang lain. Penyelidik sementara ini mengonfirmasikan bahwa penyebab kebakaran tersebut disebabkan oleh meledaknya tabung gas elpiji. Tapi masalah mereka bersama polisi belum berakhir begitu saja. Polisi masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut, apalagi disaat Janar dilaporkan menghilang disaat insiden itu terjadi. Membuat mereka mau tak mau harus menunggu dengan sabar hasil dari polisi tentang kabar keberadaan Janar.
Lintang terpaksa harus tinggal di sekolah sampai rapat selesai. Ini khusus hanya untuk para ketua kelas, wakil, OSIS, PMR, dan Pandega. Tapi itulah yang malah membuat Lintang merasa tidak nyaman, sampai tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan dengan fokus. Bagaimana tidak, Harun ada di ruangan yang sama. Di depannya lagi. Terus menyorot dirinya tajam, seakan sudah tidak ada objek lain yang bisa disorot selain Lintang.
"Lin!"
Lintang menoleh, mendengar Daniel memanggilnya. "Jangan ngelamun! Nanti kesambet gua gak mau gendong ya," katanya sambil bersedekap dada.
"Yang minta gendong sama kamu juga siapa." Lintang menyangga dagu di meja, meniup rambutnya yang menutupi sebagian mata sampai membuat pemilik hidung mancung itu merasa geli.
"Ih lu ini kebiasaan!" rajuk Daniel, mempoutkan bibirnya seperti anak kecil minta es krim.
Lintang hanya melirik sekilas, kemudian menghembuskan napas panjang.
Jojo yang melihat itu lantas berbisik ke arah gadis di sebelahnya, "Lu kenapa Lin?"
"Aku pengen pulang. Kesel awakku," keluh Lintang sambil menguap.
"Lu kira gue nggak apa? Gue juga mau pulang." Daniel ikut menimpali pun menyangga dagu. "Kalau rapat udah selesai, gue mau cepet-cepet ke toilet."
Lintang mengernyit, "Ngapain ke toilet?"
"Makan! Ya lu pikir lah ngapain gue ke toilet."
Jojo jelas tertawa sendiri, melihat wajah Lintang yang dibuat kesal-kesal gemas karena argumen sederhana itu. Lucu sekali pikirnya.
"Kalian berdua kalau rame, mendingan KELUAR dari ruangan ini!" Harun tiba-tiba mendesis tajam.
Suasana menjadi hening. Semua orang menyorot penuh pada Lintang dan Daniel, juga dengan Harun. Para siswa yang berada di ruangan itu menatap Lintang dengan khawatir, takut diomeli dengan ketua OSIS. Jojo bahkan ingin angkat bicara. Namun semua itu berubah saat gadis itu malah berucap,
"Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang!" celoteh Lintang seraya bangkit dari kursi dengan semangat. Meregangkan tangan ke atas seolah sudah lelah duduk dan mendengarkan ceramah yang tidak ada habis-habisnya.
Seisi ruangan melongo, termasuk Daniel. "Lin, lu apa-apaan sih?" Dengan cepat cowok itu menyenggol lengan temannya. Malu? Jelas, meskipun kadang Daniel suka malu-maluin tapi dia masih punya rasa malu.
Lintang yang mendengar protes ketua kelasnya memiringkan kepalanya lirih, "Katanya kamu kebelet, yaudah mumpung disuruh keluar cepetan ke toilet."
Daniel mendadak merasa otaknya eror. Cowok itu hanya menatap wakilnya bingung dengan mulut terbuka. Butuh lima detik untuk cowok itu memproses ucapan Lintang sebelum tersenyum lebar-mengerti. "Iya-iya gue emang mau ke toilet." Ia menggaruk tengkuknya kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Soul ✓
Horor"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu." "Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka." ___________________________ "Lu beneran bisa liat?" "Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...