Happy reading 🦋
Orang bilang keajaiban tuhan selalu ada di alam semesta ini, menyertai hamba-Nya. Menyelamatkan orang dari malapetaka yang menimpa. Walaupun terkadang hal itu tidak terlihat. Dan Lintang benar-benar melihat keajaiban itu hari ini.Setelah dinyatakan meninggal beberapa jam yang lalu, ternyata Tuhan masih punya kehendak lain bagi Harun. Cowok itu diberikan kesempatan untuk menjalani hidup dengan benar. Dokter pun tidak bisa berkata-kata kala melihat insiden yang luar biasa ini.
"Sungguh luar biasa! Tuhan masih memberinya kesempatan kedua."
Ya, bahkan Lintang sendiri ingin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, tapi semua itu benar-benar nyata. Nadi Harun yang tiba-tiba berhenti berdenyut membuatnya histeris tadi, Lintang hampir saja pingsan. Tapi Jiwo sudah lebih dulu tidak sadarkan diri setelah temannya itu menghembuskan napas terakhir. Wajah berparas tampan itu semakin memucat, membuat seisi ruangan yakin bahwa ajal sudah menjemputnya.
Namun, semua orang di ruangan merasa dipermainkan ketika layar Elektrokardiogram muncul satu jam setelah kejadian, merekam aktivitas jantung yang mulai kembali berdetak. Hidung mancung itu kembali bernapas. Alih-alih merasa lega, beberapa justru takut kalau Harun akan bangun dari tidurnya secara tiba-tiba. Seperti di film-film horor.
Juni dan Aji mundur ke belakang. Takut untuk mendekati cowok yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit itu.
Lintang tidak ingin mengurusi mereka, ia masih duduk nyaman di kursi sebelah ranjang tempat Harun berbaring. Memperhatikan seksama, arwah cowok itu masih belum terlihat. Entah kemana, Lintang juga tidak tahu. Semoga saja arwah Harun cepat menemukan jalan pulang ke tubuhnya, karena dari data dokter sekarang, Harun masih koma.
"Lin, udah gak usah ngerasa bersalah atas kejadian ini."
Lintang menoleh, Alea berdiri di belakangnya. "Aku ndak ngerasa bersalah, cuma..." Lintang tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Gua tau apa yang ada dipikiran Lo, Kak Harun bakal baik-baik aja. Jadi jangan terlalu khawatir," ujar Alea memegang kedua pundak gadis itu.
Lintang mengangguk, "Aku harap juga gitu."
"Btw, Lo gak mau berangkat sekolah apa?"
Lintang menoleh ke arah Alea, "Iya, ini mau berangkat." Ia masih menunggu Awan yang harus menyiapkan semuanya sendirian di rumah karena Jiwo dan Harun tidak ada. Biasanya cowok itu akan dibantu dengan kedua kakak tingkatnya itu.
"Yaudah gua berangkat dulu," Alea menepuk-nepuk pundak Lintang. "Kak Jaya udah nungguin di depan kamar."
"Iya, ati-ati di jalan!"
Alea hanya mengacungkan jempol ke atas sebagai jawaban.
Lintang menghembuskan napas panjang. Kemudian beralih menatap kembali manusia yang tengah tertidur lelap itu, tangannya tergerak untuk menyentuh telapak Harun dan mulai memejamkan mata. Mungkin bisa dibilang lintang mengganggu privasi orang lain tanpa izin, tapi ini juga demi keselamatan bersama. Ia harus mencari informasi terkait tentang kasus Seina, dan soal organisasi itu lebih jauh lagi.
Saat Lintang membuka mata, dirinya sudah berada di ruang kilas balik. Lintang dihadapkan dengan beberapa pilihan. Beberapa video dengan thumbnail yang berbeda-beda. Secara tidak langsung Harun menuntunnya menuju informasi, jadi Lintang tidak perlu repot-repot memilah mana yang berkaitan.
Gadis itu memilih salah satu thumbnail dengan wajah Seina. Ia terjatuh di ruang lama yang ada di dekat cafetaria sekolah. Suasananya sangat sepi dan tidak ada orang sama sekali, Lintang tidak tahu ingatan apa ini. Namun tiba-tiba, ada dua orang yang datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Soul ✓
Horror"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu." "Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka." ___________________________ "Lu beneran bisa liat?" "Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...