Selesai

219 32 11
                                    

Happy reading 🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🦋

*

*

*

"Lin, buka mata Lo!" Harun terus-terusan meneriaki gadis itu untuk tetap menjaga kesadarannya. Sedari tadi ia mengumpat dalam hati, karena tidak juga menemukan jalan keluar. Tidak ada yang terlihat kecuali ruangan dengan banyak pintu disana. Harun bingung, ia harus memilih yang mana. Harun tidak tahu harus apa. Hasim juga tidak menjelaskan tadi bagaimana cara untuk keluar dari dimensi lain ini.

Sampai-sampai, ada seorang yang membuka salah satu pintu di sebelah Harun. Sosok itu berhasil membuat Harun melotot ketika melihatnya. Namun sosok itu hanya tersenyum lalu berkata,

"Ayo, ikut gue."

Harun seketika heran melihatnya. "Lo?"

Sosok itu tetap mempertahankan senyumnya. "Ayo, sebelum mereka nemuin kita!" ajaknya. Melihat di sekeliling mereka ada banyak arwah-arwah yang berusaha mendekati. Keadaan menjadi terdesak.

Harun hanya mengangguk, mengikuti sosok gadis itu di belakang. Sembari terus-menerus memanggil nama Lintang, agar ia kembali sadar. Setelah melewati banyak pintu, akhirnya mereka berhasil keluar dari dimensi lain. Sepertinya mereka berhasil keluar, dan terdampar di salah satu kelas lama yang ada di lantai tiga gedung IPA.

Harun langsung menghembuskan napas lega, pun mendudukkan Lintang di kursi yang ada di aula. Ia menundukkan posisi, kemudian menepuk-nepuk pelan pipi gadis itu.

"Lin, bangun!" Namun Lintang masih belum mau membuka mata. Harun beralih menatap presensi yang ada di belakangnya. "Gimana Lo bisa tau kita dimana?"

"Gue ada di ruangan yang sama. Gak sengaja liat kalian berdua," ujarnya.

Sebelum Harun sempat membalas, tiba-tiba Lintang mengerang. Gadis itu mulai mendapat kesadarannya kembali. Pandangan matanya memang masih buram, bahkan kepala Lintang terasa seperti dipukuli oleh tiga orang saking pusingnya. Tapi ia masih bisa melihat kalau di depannya ada dua sosok yang terus menatap.

"Mega?"

Lintang spontan membelalakkan mata, "Meg, kamu ndak apa-apa?" Ia ingin bangun tapi seketika punggungnya terasa perih sekali.

Harun langsung menahan tubuh Lintang agar tidak terjungkal ke depan, membiarkan Lintang menggunakan bahunya sebagai sandaran. "Lo gak usah banyak gerak dulu." Ia melihat baju bagian belakang gadis itu yang sudah berlumuran darah.

"Gue gak apa-apa. Khawatirin sama kondisi Lo," Mega meringis melihat kondisi punggung Lintang.

"Kita udah keluar dari dunia lain?"

Cowok itu mengangguk. "Gua hampir bingung pas di ruangan banyak pintu tadi. Tapi gua ketemu sama dia," Harun menunjuk ke arah Mega dengan dagunya.

"Kamu Meg, kok bisa disini?"

No Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang