Wah, maap nih telat update.
So, sebagai permintaan maaf di chapter ini aku tambahin, jadi agak panjang oke!Happy reading 🦋
"Jadi ini ruangan kepala sekolah yang lama?" Lintang berputar, memirsa sekelilingnya yang tampak gelap gulita."Gua udah menduga, kalau ada sesuatu disini." Harun mengacak-acak berkas-berkas yang ada di meja. Membuka laci-laci dengan cepat, berharap menemukan sesuatu yang lain.
Lintang melihat-lihat rak buku yang ada di pojok ruangan, hampir semua buku berjudul tentang ritual gaib untuk pemanggilan arwah. Hal itu benar-benar membuatnya semakin tertarik, sampai ia menemukan salah satu buku bersampul kulit-entah apa yang jelas Lintang tetap ingin berpikir positif kalau itu mungkin adalah kulit hewan. Ia mulai membuka lembar pertama, ada sebuah foto berukuran besar tertempel pada halaman satu. Foto tua, terlihat dari kertasnya yang menguning dan sudah rusak. Lintang hampir tidak bisa melihat wajah dari dua orang yang ada di foto.
"Kak, ini siapa?" tanyanya sambil menunjukkan foto tersebut kepada Harun.
Harun seketika tercekat kala melihat siapa orang yang ada di foto itu, "Gak, gak mungkin..." Ia sedikit memundurkan langkahnya.
Membuat gadis yang ada di depannya ini bingung dengan tingkah laku aneh Harun. Lintang kembali memirsa foto tua itu dengan seksama. "Tapi yang laki-laki kok kayak kepala sekolah kita ya?" Lintang mengernyit heran. Meskipun tidak terlalu mirip, karena yang ada di foto itu masih sangat muda.
"Ini emang kepsek," ujar Harun dengan intonasi yang tiba-tiba mendingin.
Otomatis Lintang menoleh ke arah cowok itu. "Ada apa Kak?"
"Yang disebelahnya itu istri pak Bondan," Harun meraih foto itu dari tangan Lintang dengan tiba-tiba. Menyobeknya dari halaman buku kemudian memasukkan ke dalam saku untuk disimpan.
"Istrinya udah meninggal kan?"
Harun tak menjawab, cowok itu sibuk mencari sesuatu di bawah kolong meja sambil terus bergumam tidak jelas. "Pasti ada sesuatu di sekitar sini," katanya dengan tangan yang merogoh masuk ke dalam lubang kecil di bawah meja. Lubang itu kecil, jadi hanya muat untuk tangannya saja. Harun terkejut ketika merasakan jemarinya menyentuh sesuatu.
Lintang ternyata menyadari ekspresi terkejut Harun. "Nemuin sesuatu?" ia ikut berjongkok di sebelah cowok itu.
"Hm," Harun hanya bergumam. Ia menarik dengan paksa benda itu karena ternyata tidak muat untuk keluar dari lubang. Sampai lantai yang terbuat dari kayu itu rusak, ternyata ada brankas berukuran sedang terkubur di bawah ruangan ini. Harun mengangkat brankas itu, kemudian meletakkannya di atas meja.
"Brankas?" Lintang langsung mengambil alih brankas tersebut. Menelisik besi baja tebal yang masih tertutup rapat itu. Tidak berkarat sama sekali, masih bersih seakan baru dibuat. "Kode kombinasi putar." Lintang mengutak-atik kode tersebut, memutarnya ke kiri dan kanan. Memencet tombol pin dengan asal. Walaupun ia tahu pastinya itu adalah hal yang tidak berguna sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Soul ✓
Horror"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu." "Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka." ___________________________ "Lu beneran bisa liat?" "Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...