"Lo nggak akan pernah bisa nyelamatin temen-temen yang nggak berguna itu."
"Mungkin, tapi setidaknya mereka bisa pergi dengan tenang ke alam mereka."
___________________________
"Lu beneran bisa liat?"
"Jelaslah! Orang aku punya mata, ya buat liat!"...
Hai! Apa kabar semuanya? Di malam Jum'at Kliwon ini, siapa yang nungguin ritual terlarang pak Bondan?😄
Eh, canda doang!
Yakali ritual terlarang malah ditunggu xixi.
Oke, let's go to the story! *
*
* Happy reading 🦋
Awan mendatangi rumah Jojo malam ini bersama Juni dan beberapa polisi. Awalnya polisi menolak untuk melakukan investigasi disana, karena tidak ada bukti yang cukup selain surat yang ditinggalkan Lintang. Namun Juni rela pergi ke sekolah, mencari rekaman lama yang Hasim simpan. Rekaman saat Jojo melecehkan Seina. Juni menyerahkannya kepada polisi.
Salah satu aparat mengetuk-ngetuk pintu rumah Jojo. Setelah beberapa kali tidak ada sahutan atau terlihat pergerakan, akhirnya polisi berniat untuk mendobrak masuk.
Rumah itu kosong. Tidak ada siapapun disana. Polisi menerobos masuk, memeriksa di sekeliling. Awan dan Juni terus berpegangan tangan, sampai mereka berhenti pada suatu ruangan yang terletak di ujung. Sepertinya itu adalah kamar Jojo.
Awan membuka pintu kamar itu, saat ia mendorong papan kayu ke dalam seketika wajahnya berubah jadi pucat. Ia menutup mulutnya tidak percaya. Matanya sudah disuguhkan pemandangan mayat seorang gadis yang terbaring mengambang, di dalam sebuah kolam kecil. Dikelilingi oleh lilin-lilin kecil. Serta banyak foto-foto Lintang dan Seina yang terpajang di dinding.
"Bang..." Awan langsung melorot jatuh ke lantai. Pandangan mata kosong, menatap tubuh sahabatnya yang sudah terbujur kaku.
Juni pun ikut menutup mulutnya tidak percaya, "Gua gak nyangka Jojo bisa sekeji ini."
Polisi langsung mengambil tindakan. Mereka memberi garis polisi di sepanjang kamar Jojo. "Mohon mundur sedikit, kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut di lokasi ini."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juni menarik tubuh Awan ke belakang untuk memberikan ruang bagi polisi. "Gua tau rasanya berat ngeliat sahabat sendiri kondisinya koyok gitu, tapi Lo harus ikhlas Wan." Juni mengelus-elus pundak cowok itu, menguatkan.
"Gua gak tega liatnya." Awan menangis kecil, "Seina itu udah kayak adik gua sendiri."
"Lo harus ikhlas," Juni terus mengucapkan kalimat-kalimat penenang untuk Awan.
"Bang, kita harus temuin Lintang secepatnya!" Awan menggoyangkan tangan Juni. "Udah cukup Seina aja, gua gak mau Lintang juga jadi korbannya."
"Iya-iya, kita bakal temuin Lintang segera. Lo yang tenang ya, oke?"
Awan mengangguk kecil, ia terus menatap dimana polisi mengamankan mayat Seina. Matanya membulat sempurna kala melihat sosok Seina yang berdiri tidak jauh dari raganya, menatap ke arah Awan dengan tatapan mata sendu. Mulutnya bergerak, seolah mengatakan 'Maaf telah merepotkan kalian'. Setelah itu menghilang bersama hembusan angin. Mereka akan melakukan otopsi di rumah sakit. Selagi beberapa polisi yang lain masih menyelidiki di rumah Jojo.