Uri Soulmate - JJP [✔]

15

Sebelumnya aku mau minta maaf karna update nya tertunda. Setelah hape ku baik baik aja, wattpad nya error plus akunya males:v. Jadi aku butuh nulis ulang.

Ayo hujat ayooooo:v

Sebagai gantinya aku panjangin cerita di chapter ini. Kurang lebih 3000+ kata? Cukup kali ya.

.

.

.

.

Uri Soulmate
Chapter 15

Happy Reading!

---o0o---

"Joey, teman pertamaku saat aku kuliah di LA"

"Sekaligus kekasihmu?"

Yang ditanya menghela napas berat. Tangannya mengacak rambutnya frustasi. Kepalanya ia sandarkan di punggung sofa. Sesekali pula ia menghentakkan kakinya untuk meredamkan emosinya.

"Kau di sini Jack? Kenapa pergi?"

Tiga pasang mata mengarah ke arah suara. Mark, orang yang baru saja masuk tanpa mengetuk pintu mematung melihat sorot mata orang orang di depannya.

"Kenapa berdiri diam di sana?" tanya Jaebum.

Mark menggaruk tengkuknya dan menarik kursi di samping bangsal Jinyoung. Ia duduk lalu memandang tangan kiri Jinyoung yang tertusuk jarum infus.

Keheningan kembali menyelimuti ruangan kubus berwarna putih itu. Sampai suara isakan menyita perhatian semua orang yang ada di ruangan itu.

Jackson menangis, lagi.

Awalnya Jackson berusaha mati matian agar air mata itu tak keluar. Tapi dadanya berdenyut. Sangat sakit. Apalagi saat pikiran buruk tentang Mark dan Joey satu persatu menyerang otaknya.

"Joey kembaranmu kan Mark? Tolong jujur"

Mark menelan air liurnya. Satu sisi ia bingung ada apa dengan Jackson sampai kekasihnya itu menangis dan mempertanyakan apa Joey itu benar kembarannya. Satu sisi ia merasa bersalah.

Entah untuk alasan apa.

"Iya, dia kembaranku. Saudara kembarku yang hilang selama 5 tahun"

"Hilang?!"

Mark menatap Jackson dengan sendu. Matanya berkaca kaca. Peristiwa hilangnya Joey kembali berputar di otak Mark seolah menayangkan film lama.

Dan itu berhasil menghancurkan bendungan air mata yang susah payah Mark buat.

"Aku ingat dulu sekali, kurang lebih 7 tahun yang lalu, saat aku masih usia 10 atau 11 tahun. Aku dan Joey bertengkar hebat. Tubuh kami berdua terluka. Ayah dan ibu bahkan kewalahan melerai kami berdua. Sampai aku menendang bagian sensitif milik Joey, tak tahu sengaja atau tidak. Tapi nampak jelas Joey kesakitan"

Tangan mereka langsung memegang perut mereka masing masing. Hanya mendengar saja bagian vital mereka sudah merasa nyeri. Apalagi Joey, yang sampai tertendang.