HAPPY READING....
Dendra segera menuju kediaman keluarga Kiara saat mendengar kabar dari sang mertua bahwa Kiara mendapat perlakuan tidak mengenakkan disekolahnya, awalnya lelaki itu memaksa untuk datang ke sekolah Kiara namun dilarang keras oleh sang mertua.
Dendra segera turun dari mobilnya dan bergegas masuk kerumah besar milik keluarga Albandito itu. Saat lelaki itu masuk kedalam rumah pandangan pertamanya tertuju pada Kiara yang duduk termenung, hati lelaki itu terasa sakit melihat keadaan istrinya yang terlihat sangat kacau itu. Merasa gagal menjadi seorang suami karena tidak bisa melindungi istrinya sendiri.
Tadi setelah semua urusan di sekolah selesai, pihak sekolah memberi keringanan untuk Kiara beristirahat di rumah terlebih dulu selama beberapa hari. Yang semua orang takutkan, kejadian ini berefek begitu besar pada kesehatan mental Kiara. kejadian seperti ini bisa mengubah pola pikir dan menyebabkan trauma mendalam pada diri gadis itu.
"Dendra," sapa Papa Rehan saat melihat menantunya itu baru saja datang, dan masih berdiri mematung di ambang pintu, saat ini di rumah Kiara hanya ada Papa Rehan dan Mama Ana. Ken dan Ghana masih bersekolah, karena ini memang masih jam sekolah.
Kiara dan Mama Ana otomatis menoleh ke arah Dendra, lelaki itu tiba - tiba saja gugup saat mendapat tatapan mengintimidasi dari Papa Rehan. Pasti lelaki paruh baya itu sangat kecewa padanya pikir Dendra.
Dendra berjalan mendekati ketiganya yang duduk di sofa ruangan keluarga dengan kepala menunduk, rasa malu dan kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menepati janjinya untuk selalu menjaga Kiara.
"Maaf Pa, Dendra gagal." Lirih lelaki itu saat sudah berdiri di hadapan Papa Rehan, lelaki paruh baya itu menggeleng dan memegang pundak sang menantu dengan sayang.
"Bukan salah kamu," ucap Papa Rehan kemudian Ia menghela napasnya kasar, "Kita tidak pernah tau akan ada musibah seperti ini, tapi syukur saja Kiara masih selamat."
Dendra menegakkan kepalanya, manik matanya dengan berani menatap manik mata Rehan. "Dendra janji Pa, orang yang melecehkan Kiara gak bakal bisa hidup tenang!" ucap Dendra penuh keyakinan.
Lelaki paruh baya itu tersenyum ke arah Dendra, Rehan akhirnya bangun dari duduknya dan memeluk tubuh sang menantu. "Jaga Kiara, jangan biarkan hal seperti ini terjadi lagi," ucapnya penuh penekanan.
"Dendra janji, Pa."
Rehan melepas pelukannya, kemudian lelaki itu mengambil jas hitamnya yang tersampir di pinggir sofa. "Papa mau urus kasus ini ke kantor polisi, kamu tolong jaga Kiara ya!"
"Iya Pa," jawab Dendra.
Lelaki paruh baya itupun beranjak berjalan keluar rumah, meninggalkan Kiara, Dendra dan Mama Ana yang masih berada di ruang keluarga. Dendra beralih menatap wajah Kiara yang sedari tadi hanya diam dengan pandangan kosong, ada lebam di wajah cantiknya hal itu membuat tangan Dendra terkepal kuat. Khanet benar - benar diluar batas.
"Dendra, temenin dulu ya Kiaranya. Mama mau ke dapur sebentar." Mama Ana bangkit dari duduknya setelah Dendra mengangguk. Jadilah sekarang tinggal Dendra dan Kiara saja di ruang keluarga. Dengan perlahan Dendra mendekati istrinya yang masih tidak bergeming dan duduk disebelahnya.
"Ra, Maaf." Lirih lelaki itu saat sudah duduk di sebelah Kiara, gadis itu menoleh dengan tatapan datar dan kosongnya. Entah kenapa air matanya lolos begitu saja saat melihat wajah Dendra.
Tanpa aba - aba Kiara langsung memeluk tubuh Dendra dengan erat sembari menangis dengan kencang, Dendra belum siap menerima pelukan itupun akhirnya sedikit terdorong kebelakang membuat punggungnya bersandar di kepala sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIADENDRA (END)
Teen FictionMenikah bukanlah sebuah lelucon, apalagi untuk remaja dengan jiwa bebas seperti Kiara. Sebuah petaka hadir dalam hidup Kiara ketika kedua orangtuanya menjebak gadis itu dalam sebuah perjodohan konyol, meski menolak Kiara tetap tak bisa menolak perm...