Dendra mengantar Kiara sampai di rumah, rencananya hanya mengantar namun saat melihat mobil yang tidak asing di pekarangan rumah Kiara. Dendra mengurungkan niatnya untuk langsung pulang.
"Mau mampir, nih?" tanya Kiara saat Dendra ikut turun dari mobilnya.
"Kayaknya itu mobil Ayah sama Bunda, Gue ikut masuk aja. Gapapa kan?"
"Gue sih gak ngizinin ya, tapi serah lo deh!" Kiara bejalan mendahului Dendra, dan masuk kedalam rumahnya.
"Hallo! Kiara cantik pulang!" teriak Kiara sebagai sapaan rutinnya saat pulang ke rumah.
"Astaga Kiara yang sopan! Ada calon mertua ini," tegur Nina pada anak pertamanya itu.
Orang tua Kiara yaitu Rehan dan Nina, juga orang tua Dendra yaitu Dandi dan Adiba kini tengah duduk di ruang tengah rumah Kiara, entah apa yang mereka bicarakan tapi terlihat sangat serius sekali. Kiara refleks menoleh ke arah suara Mamanya, dengan wajah terkjut.
"Ehh, ada tante Adiba sama Om Dandi hehe" Kiara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gak usah panggil kami Om sama Tante. Panggil Bunda sama Ayah aja," ucap Adiba menyarankan.
"E-eh i-iya," jawab Kiara terbata-bata.
"Dendra mana, Ra?" tanya Rehan pada sang putri.
"Masih di luar kali," jawab Kiara acuh.
"Kalian kemana dulu tadi?" tanya Dandi.
"Tadi di ajak jalan sama Dendra Om, ehh Yah! Hehe," sial kenapa anak remaja seperti Kiara sudah harus berurusan dengan yang namanya calon mertua? Selain belum siap, ini juga sebenarnya belum waktunya. Dia masih belum mengerti cara beretika di depan orang dewasa sepantaran orangtuanya.
"Sore Om, Tante, Yah, Bun." sapa Dendra yang baru saja memasuki rumah Kiara, kemudian cowok itu mencium punggung tangan ke empatnya.
"Gini dong kaya calon suaminya sopan," sindir Nina secara halus, membuat Kiara mencebikan bibirnya.
"Alah jeng! Dendra mah pencitraan doang, di rumah mana pernah seperti ini hahaha," ledek Adiba, membuat Dendra melotot. Sedangkan Kiara mencoba menahan tawanya, ternyata calon suaminya itu memang suka sekali yang namanya pencitraan. Tidak di depan publik, tidak di depan orangtuanya, sihdup Dendra seperti hambar tanpa pencitraan.
"Kiara, Dendra sini duduk." suruh Rehan.
Kiara dan Dendra sempat bertukar pandang, kemudian mereka mengangguk dan segera duduk di sofa yang masih kosong bersebelahan. Sepertinya setelah kejadian di pantai tadi, keduanya sedikit melupakan tentang relasi mereka yang kurang baik. Mereka duduk bersebelahan dalan satu sofa, dan didepan mereka sudah ada Rehan yang duduk disebelah istrinya, dan Dandi yang juga duduk disebelah istrinya.
"Pernikahan kalian sudah kami rancang minggu depan," ucap Rehan membuka suara.
Hampir saja bola mata Kiara melompat keluar rasanya, tunggu sebentar bukankah Papinya sudah setuju kalau Kiara ingin mengenal Dendra lebih jauh dulu? Lantas ini apa?
"Tapi Pi-
Dengan segera Rehan memotong ucapan Putri sulungnya itu. "Lebih cepat lebih baik, Papi lihat kamu dan Dendra juga sudah dekat. Papi tau kamu akan mengulur waktu Kiara, dan Papi tidak mau itu, pilihan kami adalah yang terbaik. Kamu pasti paham kan?" ucap Rehan Tegas.
"Iya sayang kamu jangan khawatir, pernikahan ini akan dilaksanakan dengan private. Tidak akan ada yang tahu!" ucap Nina menenangkan sang Putri sulung.
Kini giliran Adiba yang angkat bicara, "Dendra, besok kamu dan Kiara harus ke butik Tante Syala untuk fiting baju."
KAMU SEDANG MEMBACA
KIADENDRA (END)
Teen FictionMenikah bukanlah sebuah lelucon, apalagi untuk remaja dengan jiwa bebas seperti Kiara. Sebuah petaka hadir dalam hidup Kiara ketika kedua orangtuanya menjebak gadis itu dalam sebuah perjodohan konyol, meski menolak Kiara tetap tak bisa menolak perm...