HAPPY READING!!!
KRING!!!!!!!!!!
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga, para murid di kelas XII MIPA 3 dapat bernapas lega. Hari ini dijam pelajaran terakhir adalah mata pelajaran Matematika, dimana itu adalah sebuah bencana besar bagi para murid. Bagaimana tidak, pelajaran paling susah, gurunya paling kejam, ditaruh di jam terakhir pula. Bisa dibayangkan seperti apa rasanya, bukan...............
Bu Fatim guru matematika itu melirik sedikit ke arah jam tangannya, kemudian beralih menatap para muridnya yang masih setia mengerjakan soal yang Ia berikan sampai tidak menyadari bel pulang sudah berbunyi.
"Anak - anak kita cukupkan sampai di sini dulu untuk hari ini, kita akan lanjutkan minggu depan! Untuk soal yang sekarang dijadikan PR! Terimakasih, selamat sore!" ucap Bu Fatima kemudian guru itu berdiri dari kursinya dan berjalan meninggalkan kelas.
"Selamat sore, Bu!" jawab seluruh murid kelas XII MIPA 3 serempak sebelum Bu Fatima benar - benar keluar dari kelas.
Suasana kelas yang awalnya sunyi dan tenang pun berubah menjadi gaduh seketika, semua langsung mengemas barang mereka untuk bersiap - siap pulang ke rumah masing - masing. Termasuk Kiara dan Tania.
"Mau pulang bareng gue Ra?" tawar Tania pada Kiara. Gadis hanya itu menggelang.
"Gue entar dijemput Dendra," jawab Kiara.
"Dih gilak, bucin banget nih Dendra sama lo! Sampai mau dianter jemput gitu?"
"Gimana gak dianter jemput, orang dia sendiri yang larang gue bawa mobil sendiri, bego!"
"Takut istrinya hilang itu pasti!" goda Tania pada sahabatnya.
"Apaan sih jijik!" ucap Kiara, meskipun dalam hatinya gadis itu sangat senang dengan sikap posesif Dendra yang yang terkadang berlebihan itu.
Setelah mengemas barangnya Tania dan Kiara segera keluar dari kelas, kedua gadis itu akhirnya harus terpisah di halaman sekolah. Tania yang menuju mobilnya dan Kiara berjalan menuju halte depan sekolah untuk menunggu jemputan sang suami.
Kiara duduk di kursi halte, keadaan di halte masih ramai banyak murid - murid menunggu jemputan mereka dan ada yang juga yang menunggu angkutan umum. Lima belas menit menunggu Kiara belum melihat adanya tanda - tanda kedatangan suaminya, bahakan Dendra sama sekali belum mengirimkannya pesan.
Hari semakin sore dan langit mulai mendung, Kiara masih duduk di halte menunggu jemputan. Keadaan disekitar sekolah dan halte sudah sangat sepi, semua murid sudah pulang ke rumah mereka masing - masing.
Kiara mengambil ponselnya mencoba menelpon sang suami yang belum juga datang menjemputnya.
TUT!!!!!!!!!
TUT!!!!!!!!!!
Nomor yang anda tuju sedang dialihkan, silahkan hubungi beberapa menit lagi!
Terdengar suara operator dari ponselnya membuat Kiara menghembuskan napasnya kesal, tidak biasanya Dendra seperti ini. biasanya kalau Dendra sedang sibuk di lokasi syuting dan tidak bisa menjemputnya lelaki itu akan mengabari meski hanya sekedar mengirim pesan dan mengatakan bahwa dirinya sibuk.
Tapi hari ini lelaki itu sama sekali tidak menghubunginya, bahkan ponsel Dendra tidak bisa dihubungi. Kiara sedikit khawatir, sedikit takut ada sesuatu buruk yang terjadi pada suaminya itu. Kiara masih mencoba mengirim pesan pada suaminya.
Mas Suami
Kamu dimana sayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
KIADENDRA (END)
Teen FictionMenikah bukanlah sebuah lelucon, apalagi untuk remaja dengan jiwa bebas seperti Kiara. Sebuah petaka hadir dalam hidup Kiara ketika kedua orangtuanya menjebak gadis itu dalam sebuah perjodohan konyol, meski menolak Kiara tetap tak bisa menolak perm...