✨✨✨
Saat masih berinteraksi dengan sang adik, Kiara melihat ada seorang gadis seusianya baru saja memasuki taman belakang dengan wajah yang sangat masam, tapi berusaha di tutupi oleh senyumnya yang sangat terpaksa. Hal itu membuat alih Kiara bertautan bingung.
Untuk apa gadis itu datang ke rumahnya pikir Kiara.
Dia Tania, gadis itu nampak sangat lesu namun tetap memaksakan senyumannya di depan keluarga Kiara. persahabatan Kiara dan Tania sudah terjalin sangat lama, bahkan orang tua Kiara sudah menganggap Tania seperti anaknya sendiri begitu juga sebaliknya dengan orang tua Tania.
"Om, Tante." Sapa Tania pada orang tua Kiara, kemudian gadis itu mencium punggung tangan keduanya. Tetap dengan senyuman yang terlihat sangat terpaksa.
"Akhirnya dateng juga kamu!" ucap Papa Rehan sembari terkekeh, kemudian merangkul bahu Tania dengan sayang.
"Iya, Om tadi Tania ada urusan sebentar hehe." Jawab Tania pada Papa Rehan.
"Yaudah sana kamu sama Kiara dulu, Om sama Dendra mau bakar - bakar dagingnya dulu." Ucap Papa Rehan, gadis itu mengangguk kemudian berjalan menghampiri Kiara yang ada di meja makan bersama Ghana dan Ken yang masih dipelukannya.
"Tan," sapa Kiara pada Tania.
"Hmm, hai Ra!" sapa balik Tania dengan sangat lesu. Kemudian gadis itu duduk di sebelah Ghana yang sedang memainkan ponsel.
"Di undang Papa, Mama juga lo?" tanya Kiara, Tania hanya mengangguk. Kiara tahu betul ada yang salah dengan sahabatnya itu. Sedari duduk di depannya tadi, Tania sering sekali menghela napas seperti ada sesuatu berat yang tengah di pikirkan.
"Kak Tan, Kak Ara. Ghana mau bantuin Papa sama Kak Dendra dulu ya!" ucap Ghana yang hanya di angguki Kiara dan Tania. Kemudian lelaki muda itu menaruh ponselnya di atas meja makan, dan berlalu menghampiri Dendra, Papa Rehan dan Mama ana yang tengah sibuk.
"Ken, nanti lagi ya peluk kakaknya. Kamu sana dulu bantuin Papa, Mama." Kiara menguraikan pelukan Ken, hal itu membuat sang adik mendengus kesal.
"Tapi Ken, masih kangen kakak." Ucap Ken lucu, hal itu membuat Kiara tidak tega. Tapi rasa keponya pada sang sahabat sudah jauh lebih tinggi sekarang.
"Nanti peluk kakak sepuasnya, sekarang sana dulu oke?"
"Janji?"
"Janji! Udah sana!" dengan berat hati, lelaki muda itupun meninggalkan sang kakak menuju tempat memanggang daging.
**********
Setelah berhasil lepas dari Ken, Kiara segera menarik tangan Tania menuju kamarnya. Kiara mengatakan pada sang suami dan keluarganya Ia ingin me time bersama sahabatnya sebentar, karena memang sudah lama juga keduanya tidak bercengkrama.
Setelah sampai dikamarnya Kiara segera mengunci pintu, dan menuntun Tania untuk duduk di pinggir kasur.
"Ngapain sih Ra?" tanya Tania, yang masih berpura - pura tegar.
"Gak usah sok gak tahu! Lo ada masalah apa?" Tanya Kiara to the poin, bukan bermaksud ikut campur dengan masalah orang lain. Tapi Kiara sudah menganggap Tania sebagai soradanya begitu juga dengan Tania. Apapun mereka selalu terbuka, tidak ada rahasia antara mereka.
Baiklah Kiara berhasil membuat pertahanan Tania runtuh, gadis itu langsung menyerang tubuh Kiara dengan pelukan eratnya sembari menangis. Hal itu membuat Kiara semakin kebingungan tentang masalah apa yang sedang di hadapi sang sahabat.
"Sttt, jangan nangis Tan. Coba cerita." Ucap Kiara sembari mengusap punggung Tania mencoba untuk menenangkan gadis itu.
Tania melepas pelukannya pada Kiara, gadis itu mengapus sisa - sisa air matanya. Dan mencoba menarik napasnya dalam - dalam. "Alvian, Ra. Hiks!" ucap Tania yang masih menangis, entah kenapa sangat berat rasanya menyebut nama Alvian.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIADENDRA (END)
TeenfikceMenikah bukanlah sebuah lelucon, apalagi untuk remaja dengan jiwa bebas seperti Kiara. Sebuah petaka hadir dalam hidup Kiara ketika kedua orangtuanya menjebak gadis itu dalam sebuah perjodohan konyol, meski menolak Kiara tetap tak bisa menolak perm...