Kiara terlihat lebih lemas dan tidak bersemangat dari kemarin, jika kemarin gadis itu masih bisa terjaga dan mengikuti pelajaran maka kali ini tidak. Penampilan Kiara pun tidak fit, kantong matanya menghitam dan membengkak, dengan bibir pucat. Kemungkinan besar gadis itu tidak tidur semalaman entah apa yang terjadi namun hal itu cukup membuat Tania khawatir akan kondisi sahabatnya."Ra, coba deh cerita sama gue ada apa?" tanya Tania sembari memegangi kedua bahu sahabatnya.
"Kalau lo tau, apa lo janji bakal jaga semua rahasia ini?"
"Kayak baru kenal aja lo ngomong gitu,"
"Gue serius, Tan."
"Lo sahabat gue Ra, apapun yang lo percayakan, akan gue jaga dengan baik!" ucap Tania yakin, membuat Kiara merasa sedikit lega karenanya.
"Lo belakangan ini lagi sering bantuin Bunda lo dibutik kan?" tanya Kiara.
"Kok lo tau?" Tania mengerutkan keningnya bingung.
Kiara sudah sangat hapal dengan Bunda Tania yaitu Tante Syala, desainner ternama langganan keluarga Albandito. Jika ada acara yang memerlukan baju setelan ataupun gaun, Mama Kiara pasti akan memesannya dibutik milik Bunda Tania.
"Ada yang mesen gaun kawinan kan,"
"Lo cenayang ya?"
"Btw yang mesen atas nama siapa?" tanya Kiara, Tania semakin dibuat bingung dengan segala ucapan Kiara yang menjurus ke gaun mewah yang sedang dipesan di butiknya.
"Kata bunda Gue, itu gaun dipesan sama yang namanya Adiba Anugraha." Ucap Tania yang memang hanya sekedar tau, tentang asal usul gaun itu. dia tidak bertanya banyak, jika disuruh membantu ya dia bantu. Toh juga paling cuma mengukur kain ataupun memasang bordiran untuk baju yang di pesan.
"Itu gaun buat acara nikahan gue," lirih Kiara lesu, sontak membuat kedua mata milik Tania membulat.
"Lo lagi halu ya?" tanya Tania pelan, takut-takut temannya ini memang sedang gangguan psikologis.
"Enggak,"
"ANJIR NIKAH SAM-mphh!" Kiara langsung membekap mulut Tania yang hampir saja membeberkan semua rahasianya itu. Untung saja kelas sedang sepi, kalau tidak bisa dipastikan Tania akan babak belur ditangan Kiara.
"Jangan teriak bego!" Kiara melepas bekapannya.
"Tangan lo bau jigong!"
"Sembarangan!" Kiara menjitak kepala Tania membuat gadis itu mengaduh kesakitan. Beberapa detik kemudian Tania kembali menatap Kiara dengan lekat, untuk mencari informasi.
"Ceritain semuanya ke gue, Ra!" ucap Tania menuntut.
Kiara menghela napanya berat, "Gue dijodohin," lirih Kiara hampir menangis.
"Anjir! Hidup lo udah kaya Siti juleha aja, jaman gini masih dijodohin!"
"Siti Nurbaya, bodoh!" bentak Kiara membenarkan ucapan Tania.
"Ya itu lah sama aja!" Gadis itu mencondongkan badannya ke arah Kiara, "Kok bisa sampe dijodohin? Om Rehan sama Tante Nina udah ngebet banget punya cucu ya?" Ucapan Tania itu langsung mendapatkan cubitan maut di lengannya.
"Akhh, sakit Ra!" Tania mengusap lengannya yang memar akibat cubitan Kiara.
"Lo sih, bukannya ngehibur malah tambah bikin gue kesel!"
"Iya-iya maaf!" Tania terkekeh pelan, kemudian raut wajahnya kembali serius untuk mendengarkan cerita dari Kiara. "Kalau di jodohin dan gak setuju, kenapa lo gak nolak aja?" saran yang benar-benar tidak berguna itu keluar dari mulut Tania, membuat Kiara geram sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIADENDRA (END)
Teen FictionMenikah bukanlah sebuah lelucon, apalagi untuk remaja dengan jiwa bebas seperti Kiara. Sebuah petaka hadir dalam hidup Kiara ketika kedua orangtuanya menjebak gadis itu dalam sebuah perjodohan konyol, meski menolak Kiara tetap tak bisa menolak perm...