PROLOG

705 95 173
                                    

Juni, 2018

"Ya ampun!" Aku memekik kecil sebelum tertawa. "Cupu banget ...!"

"Heh! Nggak usah ngatain orang lain cupu, ya. Situ sendiri apa kabar?!" sahut Laila sewot. Kemudian merebut selembar foto seorang gadis berkepang satu yang tengah membaca buku di bangkunya dari tanganku. Foto Laila saat masih awal kelas dua SMA.

Kami berdua sedang berada di sebuah kontrakan sederhana di Kota Malang. Tempat ini sudah kutinggali sejak lima tahun yang lalu usai keluar dari pekerjaan lama dan membangun usaha clothing line bersama kakak iparku. Laila adalah salah satu teman sekelasku saat SMA. Ia sudah lama pindah ke Jakarta dan menetap di sana. Setelah lebaran dan semua orang kembali ke perantauan, Laila malah memutuskan mudik dan menghubungiku untuk reuni kecil-kecilan. Lalu, di sinilah kami sekarang. Membongkar kembali foto-foto lama sewaktu SMA yang sengaja kubawa dari rumah orang tuaku sesuai permintaannya.

"Kangen aja lihat muka-muka polos kita," ucapnya waktu aku menanyakan alasannya.

Dan untuk memenuhi permintaannya itu, aku akhirnya membongkar lemari di kamar lamaku yang kini ditempati Bahrain, keponakanku. Segala dokumentasi masa SMA berupa foto, scrapbook, hingga klisenya, tersimpan di dalam kotak bekas sepatu di sudut bawah lemari yang berisi pakaian-pakaian lamaku.

"Nggak usah ngamuk gitu, dong! Walaupun cupu, kamu tetap manis, kok." Aku kembali terkekeh sementara Laila masih konstan dengan muka sewotnya.

"Eh, ini si Leo bukan sih?" Ia menunjukkan sebuah foto seorang pelajar berseragam SMA yang tampak memainkan gitar dan menyanyi di atas panggung.

"Iya." Aku mengangguk. "Ini kalau nggak salah pas festival budaya, deh."

"Ya ampun ... nggak nyangka, ya? Dia sekarang punya channel youtube sendiri. Terus sering diundang tampil di TV," ucap Laila sebelum menoleh padaku.

"Siapa yang sangka kan, kalau dia dulu sekolah bareng kita di Malang. Sekarang satu panggung sama Ari Lasso, idolanya." Laila terkekeh, lalu mengembalikan foto tersebut dan melihat-lihat foto lain.

"Astaga!"

"Hah? Kenapa, La?" tanyaku saat ia tiba-tiba berseru.

"Kamu masih simpan foto ini?"

Laila memperlihatkan foto sepasang pelajar di sebuah taman kota. Keduanya masih mengenakan seragam putih kelabu dengan ransel di punggung masing-masing. Si cowok bertubuh tinggi dengan rambut ikal medium dan sedang tertawa. Lengannya melingkar di bahu si cewek alias aku yang saat itu masih remaja. "Aku foto, ya. Buat share di grup."

Kedua mataku langsung melotot saat Laila mengeluarkan ponselnya.

"Eh, jangan! Jangan!"

Aku segera merebut foto itu sebelum Laila menyalakan kamera ponselnya. Ia langsung melengos ke arahku.

"Rin."

"Ini aib jaman muda. Nggak boleh diungkit-ungkit, ya," tegasku.

"Ya ampun ... ini cuma buat seneng-seneng, kali. Nggak aneh-aneh juga. Buat nostalgia aja. Sini."

"Nggak!" Aku langsung menjauhkan tanganku dari jangkauan Laila. "Malu banget tahu kalau lihat foto ini!"

Laila menghela napas sebelum bicara, "Ngapain malu, sih? Kita semua kan tahu cerita di balik foto itu."

♥ ♥ ♥

Salah Paham [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang