Peringatan: #adasedikitadegan17+
Setelah Tio melakukan transaksi dan mengatakan perempuan macam apa yang ingin dia tiduri, Elang datang dengan akting bak orang mabuk gila. Entah parfum macam apa yang ia kenakan hingga seluruh tubuhnya mendadak menjadi bau alkohol seperti itu.
"Lo ninggalin gue, tai!"
Elang berkata kasar sambil merangkul bahu Tio. Matanya sesekali terpejam lama dengan tubuh menggelendoti Tio. Kakinya sengaja menginjak kaki laki-laki di sampingnya supaya melanjutkan sandiwara yang ia ciptakan.
Tio mengernyit. Ia berdecak kesal, memberi kesan seolah dia sudah muak dengan kawanya ini.
"Mabok nggak kira-kira!"
Tio menonyor kepala Elang keras tapi si korban toyoran hanya tertawa keras. Ia kemudia merangkul Elang yang kini sudah mengoceh tak jelas. Wanita resepsionis menatap kedua pemuda di depanya heran. Mrs. Grey akan memberi nilai seratus jika melihat akting dari kedua bawahnya ini.
"Mana? Ceweknya mana?!"
Elang terus berteriak.
Lagi-lagi Tio berdecak. Ia kemudian menatap wanita resepsionis dengan pandangan kesal bercampur melas."Dimana mbak, kamarnya? Temen saya keburu sange nih?"
Wanita resepsionis mengangguk. Wajahnya kentara sekali terlihat malas melayani pelanggan yang tak tahu tempat dalam berperilaku kurang sopan seperti ini, ya walau ia sudah sering menghadapi pelanggan seperti kedua lelaki didepanya.
Melihat situasinya, wanita resepsionis segera menggiring Tio dan Elang ke sebuah pintu di bawah tangga yang ternyata merupakan jalan menuju ruangan bawah tanah rumah bordil ini.
Kaki jenjang sang wanita menapaki anak tangga dengan perlahan tanpa lupa sedikit melenggak-lenggokan tubuhnya yang memang Tio akui, cukup menggoda.
Di belakang, dengan susah payah Tio diam-diam mengaktifkan kamera miliknya sekaligus milik Elang yang ada di smart watch milik mereka, memberikan gambar visual kepada rekan timnya.
Setelah kamera aktif, ia tidak sempat memberikan laporan kepada tim karena suasana di bawah sini sunyi sekali, nyaris tak ada suara selain ketukan high heels dari perempuan di depanya. Jika ia memaksa berbicara, wanita tadi akan menaruh curiga padanya.
Setelah mengetahui bagaimana keadaan bagian dalam rumah bordil, Arthur menetapkan rencananya untuk membiarakan Tio dan Elang masuk ke dalam rumah bordil sebagai pelanggan. Mereka berdua nantinya akan berpisah setelah Elang berhasil masuk ke dalam kamar dan bertemu dengan wanita pekerja seks di tempat ini. Ia akan mengorek informasi dari wanita yang disewa sementara Tio akan mengambil narkoba pesananya.
Selesai mengitari anak tangga, kini sampailah mereka di ruang bawah tanah, tempat pekerja seks kelas atas berada.
Lorong panjang terpampang, sebelah kanan pintu-pintu berderet. Bolam lampu berwarna kuning sebagai penerangan berjajar di bagian atas. Tio terus mengamati. Selain ocehan dari Elang yang tak pernah berhenti, telinganya juga mendengarkan perkataan Dafa di sebrang.
Dari informasi yang Dafa dapat, laki-laki itu memiliki kesimpulan bahwa lantai atas di huni wanita dengan kelas menengah ke bawah, beberapa termasuk golongan mawar hitam, tapi di ruang bawah tanah berisi wanita yang lebih eksklusif lagi, dan pastinya, memiliki informasi mengenai dunia gelap sudut kota.
Wanita resepsionis berhenti di pintu paling pojok ruangan. Ia langsung membukakan pintu begitu sampai, mempersilahkan Tio dan Elang untuk masuk.
"Waktumu untuk menikmatinya dua puluh empat jam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak The Truth
AdventureNarkoba. Barang haram yang dilarang penggunaanya oleh negara maupun agama. Lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif, katanya. Tapi sayangnya, walau beribu-ribu kali kalimat penuh peringatan tersebut sudah sering di gaungkan oleh...