NINE - DADDY TALK

350 52 0
                                    


Setelah menyelesaikan sarapan pagi bersama orang tua dan kakek neneknya, Moza membantu mamanya memberesi piring-piring kotor.

Tadinya Sabrina menyuruh Moza untuk menemani Omanya yang rindu pada cucunya, tapi Moza keras kepala menolak dengan alasan ingin membantu dirinya.

Bisa dibilang Moza sedang menghindari Omanya. Tapi jangan berfikir Moza adalah cucu yang durhaka. Ia memiliki dasar mengapa menghindar. Moza tidak mau menambah dosa karena harus berkata bohong dihadapan Oma-nya. Hitunganya sudah durhaka ya?

Yang diketahui Oma-nya, Moza sedang menyelesaikan pendidikan S1 nya di bidang hukum pada sebuah universitas swasta di luar kota.

Oma-nya itu sangat berharap Moza meneruskan usaha butiknya yang sudah terkenal. Ia juga sudah merencakana pendidikan S2 Moza di Paris dalam bidang fashion?

Entah kalimat bohong macam apa lagi yang akan ia ucapkan untuk menolak tawaran menggiurkan dari neneknya tersebut.

"Udah sana temui Oma. Kasihan dari tadi nungguin."

Acara bersih-bersihnya sudah selesai. Tak ada alasan lagi ia tetap di area dapur.

"You know my reason, mam!" Moza sedikit merengek.

Sabrina tersenyum iba pada putrinya. "Salah sendiri di kasih yang enak malah pilih yang ngundang bahaya!"

Moza berdecak kesal mendengar perkataan mamanya.

"Mama temenin. Nanti mama bantu kalau Oma berusaha menambah dosa-dosa kamu." Ucap Sabrina sambil tertawa mengejek.

Setelah obrolan membosankan bersama Oma dan mamanya di halaman belakang rumah yang topiknya tidak jauh dari mode dan pesta sana sini berlangsung cukup lama, Moza pamit untuk mengerjakan tugas bohongan kuliahnya.

Yang sebenarnya gadis itu lakukan adalah melangkahkan kakinya ke ruang kerja papanya. Ia mengetuk pintu. Terdengar suara yang menyuruhnya masuk.

Ketika Moza membuka pintu ada opa dan papanya yang duduk berhadapan di meja kerja.

"Ada apa Za?" tanya papanya.

"Nanti kalau papa ada waktu, temenin Moza latihan ya?"

Hanya alasan ini yang menurut Moza masuk akal untuk memancing percakapan antara dirinya dan Kendra, membahas orang tua Elang maupun Arthur sekaligus mencari informasi lebih jauh mengenai Serigala Merah.

"Oke." Papanya mengangguk setuju.

Saat di rumah, Moza sering menyempatkan diri untuk berlatih bela diri bersama papanya. Terkadang juga latihan menembak biasa. Hal ini juga sekaligus menjadi pemantauan Kendra, sejauh mana kemampuan bertarung yang di miliki putrinya.

"Opa nggak di ajak?"

Moza menggaruk tengkuknya salah tingkah menanggapi pertanyaan dari kakeknya.

"Boleh, asal jangan sampai ketahuan Oma ya!"

Ketiganya kemudian tertawa mendengar penuturan Moza.

Setelah beberapa percakapan tambahan bersama papa dan opa-nya berakhir, Moza menuju kamar tidurnya untuk megganti pakainnya menjadi celana legging hitam dan kaos berwarna serupa.

Yang tidak di ketahui oleh kebanyakan orang termasuk omanya, rumah milik orang tua Moza memiliki ruang bawah tanah di mana terdapat area bertarung dan lintasan tembak.

Untuk gudang senjata, Moza masih menerka-nerka apakah ada atau hanya anggapannya saja. Mengingat kedua orang tuanya sama-sama berkutat di bidang kriminal, ruangan itu seharusnya ada.

Speak The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang