Moza telah memasang alat penyadap di lantai dua dan tiga. Ia sengaja memasangnya dari lantai paling atas karena pada saat Moza akan memasuki selasar lantai satu, secara bersamaan para satpam yang berjaga mulai berkeliling dan menuju ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Moza segera berjalan berputar kembali ke arah belakang bangunan.
Untung saja di belakang bangunan kelas tersebut terdapat pipa saluran air yang mengarah ke lantai tiga. Maka tanpa menunggu lagi, ia memanjat pipa.
Di lantai tiga dan dua, Moza memasang alat penyadap pada saluran udara di kelas dan beberapa kamera kecil di sudut-sudut yang tak terpantau cctv. Untuk toilet, ia hanya memasang penyadap suara yang ia sembunyikan di antara saluran air pembuangan wastafel. Itu lebih aman daripada di taruh di sela-sela kotak tisu yang kemungkinan besar akan di ganti dan bisa saja alat penyadapnya akan ketahuan. Ia melakukaanya dengan cepat dan berhati-hati.
Kini Moza tengah bergelantungan di pipa. Para satpam tengah menuju lantai dua.
"Athena masuk, para satpam telah berkeliling area sekolah. Posisi mereka di bangunan bagian timur. Para agen tolong waspada dan berhati-hati. Ganti."
Moza memberikan peringatan kepada rekan timnya yang lain. Walau suaranya setengah berbisik, namun ia memberikan tekanan pada setiap katanya sehingga ucapanya terdengar jelas.
"Dimengerti." balas agen lainya.
Setelah memastikan kedua satpam tersebut benar-benar di lantai dua, Moza segera bergerak turun ke lantai di bawahnya. Ia berjalan mengendap namun cepat, memasang alat penyadap yang posisinya tidak jauh berbeda dengan apa yang di lakukan di lantai dua dan tiga.
Kini Moza ada di dalam toilet. Ia memasang alat penyadap suara di antara pipa pembuangan air wastafel.
"Berlin masuk, telah menyelesaikan tugas dan sekarang bergerak menuju titik kumpul. Ganti"
Alexa menjadi orang kedua setelah Tio yang beberapa menit lalu memberikan laporan bahwa tugasnya teleh selesai.
"Copy that!" Jawab Dafa.
"Athena, aku tidak bisa memantaumu. Kamera di lantai satu dan dua mati. Tolong bergegas. Para satpam menuruni tangga lantai tiga sekarang."
Untuk kesekian kalinya, Dafa memberikan peringatan kepada Moza. Memang sial untuk dirinya. Moza tidak bisa meminta arahan kepada Dafa karena kamera di selasar lantai satu dan dua tidak menyala. Kemungkinan besar rusak, katanya.
"Ya, aku hampir selesai." balas Moza sekenannya.
Hawa yang sebenarnya dingin tak bisa Moza rasakan. Keringat mengucur deras di sekujur tubuhnya.
Peringatan Dafa barusan menambah adrenalin dalam jiwanya. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya sibuk dengan kamera yang akan ia pasang sementara matanya menatap awas ke depan, ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Ia tak takut untuk memberikan perlawanan jika para satpam menyerang. Namun jika kelak mereka berpapasan kemudian satpam-satpam tersebut mengenali rupanya, maka hancur sudah penyamaranya.
Setelah berhasil mengendalikan gejolak dalam jiwanya, akhirnya Moza selesai juga. Ia bergegas membereskan peralatan yang tadi di gunakanya. Sekarang beban yang ia rasakan sedikit berkurang.
'Tinggal jalan mengendap, jangan menimbulkan kecurigaan dan jangan meninggalkan jejak keberadaan! Maka sukses sudah semua tugasku untuk malam ini!' Pikir batin Moza.
Moza berjalan ke arah pintu toilet. Ia mengintip keadaan di luar. Namun tiba-tiba, Moza mendengar suara langkah yang terdengar tergesa tengah menuruni anak tangga yang letaknya memang persis di samping kamar mandi yang ia tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak The Truth
AventuraNarkoba. Barang haram yang dilarang penggunaanya oleh negara maupun agama. Lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif, katanya. Tapi sayangnya, walau beribu-ribu kali kalimat penuh peringatan tersebut sudah sering di gaungkan oleh...