Setelah mendapat kesempatan untuk berbicara, Elang maju kedepan, menggantikan posisi Arthur yang kini duduk di bangku yang tadi di gunakanya. Elang menuliskan nama dari masing-masing mereka yang ada disana di white board menggunakan spidol hitam.
"Pembagian ini sudah dipertimbangkan dari segi kemampuan maupun kelebihan masing-masing diri kita." Elang memulai penjelasanya yang kemudian mendapat perhatian dari semua orang disana.
"Buat bang Arthur, sesuai dengan tampilan dan umurnya akan di tempatkan di dua cakupan sekaligus."
"Jangan membicarkan umur di depanku! Walaupun aku lebih dewasa dari kalian, tapi bukan berarti aku lemah seperti kau, Elang!"
Ucapan Arthur tidak di gubris oleh Elang. Ia melirik kesal ke arah satu-satunya keluarga yang masih di milikinya kemudian melanjutkan ucapanya.
"Bang Arthur akan menyamar menjadi guru olahraga, mengajar kelas sebelas SMA Budi Bangsa. Menyelidiki dari sisi siswa sekaligus pihak guru, berjaga-jaga jika ada oknum guru yang ikut terlibat dalam kasus ini."
Elang berhenti sebentar, menulis ke papan tulis tugas dari kakaknya kemudian berbalik, menatap kearah rekan-rekanya.
"Untuk Alexa dan Tio, kalian akan menjadi murid baru, jalur prestasi. Nantinya kalian akan memulai penyelidikan dari anak-anak kelas sepuluh maupun dari kelas ekstrakurikuler."
Alexa dan Tio memang memiliki kelebihan dalam bidang olahraga. Alexa seorang atlet pebasket sedangkan Tio beserta club futsalnya beberapa kali menang dalam kejuaraan.
"Badanku sebesar ini harus bergaul dengan anak-anak kelas sepuluh? You kidding me dude?" Protes Tio. Badan Tio memang besar tapi tidak berotot. Postur tubuhnya tinggi dan berisi.
"Diamalah dulu, rondo,"
"Kau menyebutku apa tadi?!"
"Rondo sebutan untuk orang jomblo dalam bahasa jawakan?"
"Rondo itu artinya janda bodoh!" Tio menggeram marah.
Elang memulai perdebatanya. Tio kini yang akan menjadi rivalnya. Sementara agen lainya menghela nafas jengah, menatap iba pada Tio.
Entah setan apa yang mendiami tubuh Elang. Setiap orang yang berada di sekitarnya pasti akan terpancing emosinya. Dan hasil akhirnya, Elang yang selalu benar.
"Ups sorry. I don't care bruh!"
"Kau sengaja ya menyebutku begitu?!"
"Akukan sudah bilang, aku tidak tahu!"
"Biar kuterjemahkan kata-kata sok Inggris mu barusan. Kau hanya bilang tidak peduli! Tak ada satu katapun yang menyatakan ketidak tahuanmu!"
"La itu yang barusan, aku tidak tahu."
"Kau-"
"Kalian berdua hentikan!"
Arthur menengahi. Jika di teruskan, sampai berbusapun mulut Tio, Elang akan membalas semua ucapan Tio. Ia hafal betul sifat menyebalakn adiknya tersebut.
"Kembalilah duduk Elang. Aku sudah tahu jalan pikiranmu. Akanku teruskan pembagian tugas ini."
Elang dan Arthur bertukar posisi. Arthur kembali berdiri di depan.
"Tio, menurutku tak ada masalah dengan posturmu yag seperti itu masuk kelas sepuluh, remaja jaman sekarang kan bongsor-bongsor. Bukan maksudku membela pendapat Elang, tapi kalian ini agen Intelijen. Hal seperti ini seharusnya bukan masalah besar. Lagi pula kau nantinya akan menggunakan prestasi di bidang olahragamu yang kuyakini akan menjadi nilai plus bagi kalian berdua di mata orang-orang. Jadi kau jangan khawatir, penampilan fisikmu tidak akan menimbulkan kecurigaan yang dapat menganggu jalanya misi. Alexa, kau juga. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak The Truth
AventureNarkoba. Barang haram yang dilarang penggunaanya oleh negara maupun agama. Lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif, katanya. Tapi sayangnya, walau beribu-ribu kali kalimat penuh peringatan tersebut sudah sering di gaungkan oleh...