Suara Dafa dari earpiece yang terpasang di telinga Moza mengiringi langkah kakinya mendekati bangunan besar SMA Budi Bangsa.
Pakaian serba hitam yang digunakan para agent yang bertugas untuk menyusup ke bangunan sekolah membantu Moza dan yang lain untuk menyatu dengan kegelapan malam.
Mereka berjalan mendekati tembok bagian selatan SMA Budi Bangsa. Di balik tembok ini adalah letak kantin para murid sekolah berada. Dafa bilang hanya ada satu kamera pengawas di sana. Dan posisinya pun hanya akan menyorot para murid yang keluar masuk area kantin, tidak dengan aktifitas para murid ketika mereka melakukan transaksi yang berkaitan dengan urusan perut, atau barangkali transaksi barang haram. Mungkin.
Beruntung, pada bagian atas tembok tidak terdapat kawat berduri atau pecahan kaca yang biasanya sengaja di pasang untuk mencegah para pencuri masuk ke dalam area sekolah ataupun mencegah menjadi jalur para murid untuk berbolos-bolos ria.
Tangan Tio meraih bagian atas tembok. Kakinya menapak pada bongkahan batu besar yang tadi di ambilnya bersama Elang dari selokan di bawah mereka. Dengan satu lompatan, tubuh Tio terangkat ke atas kemudian kaki kananya cekatan meraih sisi atas tembok.
Posisi Tio tengah duduk dibatas tembok sekarang. Ia terlihat memantau bagian dalam kantin. Tiga puluh detik kemudian ia menoleh ke arah Moza, Elang dan Alexa. Tio mengganggukan kepalanya, memberi isyarat bahwa keadaan di kantin itu aman sekarang.
Tio lompat dari atas tembok kemudian mendarat di bagian tengah kantin. Alexa, Moza dan Elang mengikuti di belakangnya.
Didepan mereka berderet meja dengan kursi panjang di selipkan pada bagian kanan kiri meja. Stand-stand pedagang berjajar rapi pada bagian ujung kantin.
Tempat ini lebih mirip food court dalam pusat perbelanjaan dibanding kantin sekolahan anak SMA pada umumnya.
Dari tampilan kantinya saja, Moza akan mengakui tentang julukan SMA Budi Bangsa sebagai sekolah elit.
"Tokyo beserta agen lain telah memasuki area bangunan." Tio melapor pada Arthur dan Dafa.
"Lanjutkan operasi dan jangan sampai ada yang memancing kegaduhan!" Suara Arthur terdengar tegas.
"Copy that!" Balas Tio.
Alexa, Tio, Elang, dan Moza saling melirik.
"Alexa, kau mengurusi sisi barat bangunan, Tio bagian utara. Aku sendiri akan memulai dari sini. Dan Moza, kau bagian timur bangunan sekolah. " Elang memberikan arahan.
"Titik tengah adalah lapangan upacara. Itu batas maksimal kita dari masing-masing bagian. Pasang penyadap dan kamera di titik-titik rawan utamanya toilet. Setengah jam lagi kita bertemu di tempat ini." Lanjut Elang.
Para agen mengangguk paham. Mereka kemudian berjalan berpencar, menuju sisi bangunan yang di sebutkan Elang tadi, tak terkecuali Moza.
Gadis itu berjala mengendap, keluar dari area kantin. Untung saja cctv yang terpasang di SMA ini hanya kamera cctv biasa, bukan yang di lengkapi dengan sensor, di mana ada gerakan sedikit saja, maka kamera akan mengikuti arah gerakan.
Moza berjalan menyamping dengan menempelkan punggungnya ke tembok. Di atasnya terpasang kamera pengawas. Jika begini, ia aman dari pantauan cctv.
Setelah berhasil keluar dari area kantin, tujuan Moza kini adalah bangunan sekolah bagian timur.
Dari peta blue print yang tadi di tunjukan Dafa, bagian timur SMA Budi Bangsa mencakup parkiran untuk para siswa, ruang kelas murid kelas sepuluh yang terdiri dari tiga lantai beserta toilet pada setiap lantainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak The Truth
AdventureNarkoba. Barang haram yang dilarang penggunaanya oleh negara maupun agama. Lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif, katanya. Tapi sayangnya, walau beribu-ribu kali kalimat penuh peringatan tersebut sudah sering di gaungkan oleh...