Kemunculan Fero dari koridor penghubung pintu masuk area gedung dengan basemant luput dari pantauan Dafa.
Posisi Moza yang berdiri di pilar berjarak dua meter dari mulut koridor memang bisa terlihat ketika seseorang sedang berjalan menuju area basemant.
Satu-satunya kamera cctv yang menyorot langsung di tempat kemunculan Fero hanya menampilkan sedikit bagian koridor, persis di ujung pintu keluarnya. Jikalau Dafa menginformasikan kemunculan Fero tadi, Moza tetap tidak bisa kabur begitu saja. Fero pasti telah melihat Moza.
"Kok bisa pas gini ya Za?"
Dari kalimat panjang kali lebar yang di lontarkan Fero ketika masih di dalam lift, kalimat inilah yang membuat badan Moza kembali panas dingin. Ada banyak alasan yang dipikirkan Moza, termasuk alibi membeli sabu dengan basemant gedung ini sebagai titik temu. Moza akan bilang tempat ini menurutnya aman selain Moza yang tidak tahu lagi ingin mengambil barang haram itu kemana dikarenakan dirinya yang belum begitu tau sudut Jogja.
"Hm?" Walaupun kepalanya ribut, tapi hanya gumaman yang keluar dari mulut Moza. Ia tidak ingin banyak bicara kali ini.
"Iya, lo bisa dateng pas dua acara di gedung ini di buka sama Radit sekaligus. Jarang-jarang tau Za!"
Moza yang tadinya tertunduk lesu kini menjadi mengangkat kepala kaku. Matanya tajam menatap bayangan dirinya di dinding lift yang masih digandeng Feroza dengan mesra. Dahinya mengkerut keriting.
"Dua acara? Maksudnya?" Moza mendongak sambil bergumam. Fero menepuk jidatnya, tersadar akan sesuatu.
"Oh iya! Lo dulu cuma sampai selebrasi kemenangan Radit balapan di bawah ya? Belum pernah ikut after party-nya?"
Dimalam Fero mengajak Moza ke gedung ini pertama kalinya, setelah kemenangan Radit yang berhasil mencapai garis finis tanpa tertangkap aparat atau menabrak pengendara lain di jalan protokol Jogja diadakan, Moza diantar pulang jam dua dini hari kembali ke kostnya setelah mengikuti selebrasi kecil dengan membuka lagi beberapa botol alkohol. Moza sempat ikut menyesap sedikit minuman haram tersebut langsung dari botolnya yang di putar bergeliran oleh orang-orang yang sebagian besarnya Moza kenali. Mereka bergantian minum dari botol yang sama.
Tak terlihat rasa jijik di wajah mereka karena harus meminum minuman bekas bibir orang-orang yang ikut selebrasi Radit. Mungkin eforia kemenangan atas kawan mereka membuat mereka mengenyampingkan higienis. Moza tadinya terlihat mengernyit ragu untuk ikut minum, tapi Solidaritas tinggi yang ikut ia rasakan membuatnya menenggak alkohol dari botol yang sama.
Akan aneh jika ia sendiri tidak ikut minum dengan alasan takut sakit karena kurangnya higienis atau nantinya badannya bisa bau alkohol mengingat citra yang ia bangun dalam misi ini adalah Moza liar yang hobi dugem.
"After party selebrasi balapan selain di adakan di beberapa club yang ada di kota ini, biasanya kalau mood Radit pas bagus pasti dia lebih milih di gedung ini tau Za! Bisa lebih liar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak The Truth
AventuraNarkoba. Barang haram yang dilarang penggunaanya oleh negara maupun agama. Lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif, katanya. Tapi sayangnya, walau beribu-ribu kali kalimat penuh peringatan tersebut sudah sering di gaungkan oleh...