Moza duduk di tepi kasurnya. Ia sedang menggosokan handuk ke rambut panjangnya yang basah. Setelah mandi, kini badanya terasa lebih segar dari sebelumnya.
Di sela-sela kegiatan mengeringkan rambutnya, ia teringat akan dokumen misi dari Mrs. Grey. Gadis itu kemudian berjalan menuju ruang tengah untuk mengambil ranselnya lalu kembali ke dalam kamar.
Moza duduk di atas kasur dan mulai membuka tas penuh pakaiannya yang kemarin ia gunakan di misi sebelumnya. Ia meraih map berwarna krem berlogo BIN dan mengeluarkanya secara hati-hati, menghindari pakainya tercecer keluar secara sembarangan dari dalam tas. Untuk saat ini, ia tidak mau membuang waktu merapikan pakaiannya sendiri. Moza mulai membuka map tersebut, membaca satu persatu kalimat dengan cermat.
Ketika Mrs. Grey memerintahkanya untuk mengungkap peredaran narkoba di sebuah SMA, Moza pikir SMA yang dimaksud adalah sekolah bobrok yang berada di pinggiran ibu kota.
Tapi perkiraanya melesat. Tumpukan kertas dalam map memberikan keterangan bahwa Moza dan kelima anggota yang lain akan di tempatkan di sebuah SMA elit di kota Yogyakarta.Mereka diminta untuk menyamar menjadi siswa kemudian mencari informasi mengenai peredaran narkoba di kalangan pelajar kota Jogja sekaligus menyelidiki siapa saja orang yang berperan dalam kasus ini.
Di dalam map tersebut juga dicantumkan biodata yang akan menjadi target utama mereka. Raditya Notosudibyo dan Nadia Sastrodiharjo. Moza mengernyitkan dahinya. Ia merasa tak asing dengan nama-nama tersebut.
Membalik tumpukan kertas misinya, kali ini ia mendapati biodata para agen BIN lain yang akan bertugas bersama dirinya. Moza sangat penasaran. Misi baru di lingkungan kerjanya berarti rekan kerja, target, serta petualangan yang baru.
Yang pertama ia dapati adalah biodata dirinya sendiri. Mengacuhkanya, Moza segera membuka lembar selanjutnya. Nama Alexandra Anindita tercetak jelas di sana. Moza tentu mengenal gadis itu. Mereka dulu pernah menjadi teman kelas sewaktu masih di sekolah khusus Intelejen. Kemampuan bela diri dan menembaknya adalah yang terbaik di antara teman seangkatanya dulu.
Membuka lembar ketiga ada Arthur Samudera Ardani. Moza tersenyum senang mengetahui bahwa ia akan menjalankan misi bersama Arthur yang terkenal keren nan tampan.
Seniornya yang satu ini selalu bisa membuat para wanita di BIN tidak pernah berhenti untuk membicarakanya. Badanya yang atletis, perilakunya yang sopan terhadap wanita selalu menjadi nilai tambah pada dirinya yang memang sudah terlahir tampan.
Namun di balik sifatnya yang baik, terselip fakta bahwa ia adalah sosok yang kejam jika sudah menjalankan misi, apalagi saat berhadapan dengan targetnya. Baginya tak ada ampun bagi para perusak bangsa. Ia begitu gelap mata dengan hal seperti ini.
Memikirkan Arthur selalu membuat Moza salah tingkah. Ia segera membalikan tumpukan kertas tersebut.
Moza terlonjak kaget ketika ia membaca nama agent ke empat. Ia menjatuhkan tumpukan kertas-kertas itu ke atas kasur. Badanya mundur ke belakang. Ekspresi kesal bercampur emosi bisa terlihat jelas di wajahnya. Elang Ganendra Ardani menjadi salah satu agen yang akan menjadi rekan setimnya nanti.
"Bocah gila ini! " Geram Moza.
Moza mencondongkan kepalanya ke tumpukan kertas, mengamati secara lebih dekat apa yang tertera di sana.
Ting !
Suara notifikasi dari handphone-nya berbunyi yang kemudian di ikuti suara berdenting yang sama berkali-kali.
Malas mengetahui fakta bahwa satu anak setan akan menggangu hidupnya selama misi, Moza memilih mengecek pesan yang baru masuk. Ia berpikir, mungkin ada informasi penting dari markas sehingga pesanya dikirimkan secara memberondong begitu.
Moza meraih ponselnya yang berada di atas nakas, kemudian membuka aplikasi WhatsApp. Ada satu grup baru di sana. Moza mengernyit bingung membaca judul group, 'Kedelai Cinta'
Apa-apan dengan orang yang merangkai judul group WhatsApp ini? Norak!
Perasaan Moza tidak enak. Ia kemudian masuk ke dalam room chat group. Ternyata sudah banyak percakapan disana. Kebanyakan berasal dari kontak yang diberi nama 'hellboy' oleh Moza. Si 'hellboy' alias Elang menuliskan gombalan-gombalan garing yang kesemuanya di akhiri dengan @mozabahenol.
Orang-orang dalam percakapan group itu tidak terlalu menanggapi pesan berbau mesum yang di tuliskan Elang. Mereka tetap fokus dengan inti di buatnya group. Memabahas misi yang akan mereka jalankan bersama nantinya. Moza membaca semua percakapan, kecuali dari Elang. Ia sengaja melewatkanya.
Inti dari semua percakapan adalah, semua anggota tim menginginkan pertemuan secara langsung untuk membahas pembagian tugas dalam misi.
Karena misi di mulai awal semester, yang artinya kurang dari seminggu lagi, mau tidak mau mereka harus segera bertemu. Banyak yang harus dipersiapkan dalam misi ini.
Satu lagi ketidak beruntungan bagi Moza, pertemuan akan diadakan 15 menit lagi di apartment milik Elang.
Kenapa apartment Elang yang di pilih? Ya karena tempat tinggal miliknya memang keren. Elang membeli satu lantai penuh apartment untuk di jadikanya tempat tinggal.
Moza mendengar dari orang-orang yang katanya 'beruntung' diperbolehkan masuk ke dalam tempat tinggalnya, Elang memiliki gym pribadi dengan peralatan lengkap, arena bertarung yang luas, ruangan untuk mengadakan peretemuan dengan fasilitas memadai, bioskop pribadi, dan informasi tambahan yang paling keren, kabarnya Elang memiliki satu ruang rahasia yang penuh dengan berbagai macam senjata. Mulai dari pisau kecil hingga beraneka ragam senjata api lengkap tersedia disana.
'Dasar Elang memanag bajingan bengis! Ia membuat tempat tinggalnya menyerupai markas penjahat kelas kakap!' Batin Moza mencibir.
Jika di pikir-pikir, rumah kedua orang tuanya hampir memiliki fasilitas yang sama dengan punya Elang yang di sebutkan tadi.
Tapi tentang satu ruangan penuh berisi senjata, ia agak meragu. Papanya hampir tidak pernah mau membahas masalah yang berkaitan dengan dunia kriminal di depan dirinya walapun Moza telah menjadi agen rahasia seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speak The Truth
AdventureNarkoba. Barang haram yang dilarang penggunaanya oleh negara maupun agama. Lebih banyak memberi dampak negatif daripada dampak positif, katanya. Tapi sayangnya, walau beribu-ribu kali kalimat penuh peringatan tersebut sudah sering di gaungkan oleh...