ke-21

208 41 4
                                    

ℙℛⅈℕℂℰ ℳᗅՏK






Menyantap makan malamnya dengan lahap, Jimin menjalaninya di tengah-tengah kesunyian. Tidak ada siapapun yang menemani makan malamnya. Tidak ada siapapun. Hanya dirinya sendiri disebuah rumah, tanpa sosok seseorang yang menjadi keluarga.

'Kau mengingat segalanya'

Jimin menghentikan gerakannya, menaruh sendok yang ia pegang lalu meminum segera air putih yang disiapkan sebelumnya. Nafsu makannya tiba-tiba saja hilang dalam seketika. Ingatan itu kembali muncul, dimana ia bertemu kembali dengan Taehyung.

Diam beberapa saat, lalu memejamkan mata. Ia menghela napasnya begitu panjang hingga menyandarkan punggungnya pada kursi yang didudukinya. Pandangan yang berakhir pada sebuah bingkai foto, tertuju pada ruang tengah itu tergambar jelas foto keluarga didalamnya.

Dirinya bersama kedua orang tuannya yang kini hanya sosok Jimin sebatang kara tanpa mereka. Tidak lepas sorot mata itu memandangi bingkai foto yang cukup besar tersebut, hingga tiba-tiba saja matanya memerah pekat. Tangannya yang sempat bergetar segera dikepalkan olehnya kuat-kuat. Tak tahan menguatkan diri, Jimin membanting tangannya pada meja lalu segera bergegas bangkit dan menaruh semua yang berada di atas meja ketempat wastafel.

'jimin..."

'jimin, ingatlah perkataan eomma--"

Prank!

Gelas yang sebelumnya ia pegang terlepas begitu saja dari genggamannya. Pandangannya berpindah pada sisi lain secara cepat dengan mata yang membulat. Jimin mendengar suara yang begitu jelas dari Indra pendengarannya hingga arah tatapannya kini teralihkan.

'aku tidak bisa berbuat apapun saat ini. Maafkanlah appa yang tidak bisa berbuat lebih padamu."

'sudah waktunya. Inilah kematianku..."

Suara berat khas itu juga terdengar setelahnya. Jimin kembali berusaha mencari asal suara itu, namun ia tidak mendapatkan apapun dalam penglihatannya. Kini napasnya tidak teratur, perasaan gelisah menimpa pada dirinya dalam pemikiran-pemikiran yang muncul secara tiba ke ingatannya.

'Biarkan pangeran mendapati kesempatan untuk menjelaskan segalanya, raja. Kau ingin mengetahuinya langsung oleh adikmu, bukan?'

'kau melakukan kesalahan, yang mulia. Hentikan! Jangan lakukan itu!'

'apa ini maaf mu yang sempat kau berikan tanpa alasan'

'aku akan memaafkan mu sekarang..."

Kini Jimin merasakan sesak pada pernafasannya, air mata mengalir deras mendengar suara itu yang kembali didengarkannya hingga terasa sangat menyiksa. Suara suara dengan sisa napas mereka terasa menyengat di telinga Jimin.

Ingatan itu kini terlihat begitu jelas. Tangisannya terhenti, napas yang perlahan-lahan ia hembuskan itu membuat badannya bergetar cukup hebat. Kini tatapannya kosong, mata yang merah itu meloloskan banyak air mata hingga mengalir jatuh dari pipinya.

'maaf, eomma....'

'tidak appa, jangan pergi. Appa! Maafkan putramu..."

'maafkan aku, Mina. Maaf... Jangan tinggalkan aku sendiri'

Perlahan-lahan ia memperlihatkan tangannya, lalu membuka lebar kedua telapak tangan itu dengan sorot mata memerah pekat. Genangan air mata itu sudah siap akan mengalir kapan saja. Dan kini isakan terdengar begitu keras mengisi ruangan, menahan tangisan secara mati-matian namun tidak dapat dihentikan.

PRINCE MASK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang