ke-25

144 38 4
                                    

ℙℛⅈℕℂℰ ℳᗅՏK



























Suara air dari keran yang menyala kini mengisi dan memenuhi suara di dapur. Seorang pria sedang menampung air dengan wadah hingga setengah benda itu terisi. Ia bawa wadah yang berisi air itu, lalu membawa handuk kecil pada laci kecil di daerah sana sembari sibuk menyeimbangkan tangan kanannya yang sedang berusaha supaya air didalam wadah tidak tumpah.

Tak lama setelah handuk kecil itu digenggam olehnya, pria itu pun segera melangkah jalan menuju pintu kamar yang sudah terbuka. Ia mengerutkan keningnya heran, karena setelah dirinya meninggalkan kamar tersebut, dengan jelas sekali ia menutup pintu itu dengan rapat.

Tidak disangka-sangka jikalau sahabat dari adiknya itu datang, dia merasa lega melihat itu karena sebelumnya berfikir jauh jika seseorang membobol kamar adiknya.

"Oh, Jin oppa! Maaf karena asal masuk ke dalam apartemen kalian," ucap Nayeon meminta maaf karena sangat menyesal. Perempuan itu sadar saat Jin memasuki kamar sahabatnya dengan raut wajah bingung.

Jin menghela pelan, ia pun memberikan senyumannya terhadap Nayeon lalu mengangguk kecil untuk memaafkan Nayeon yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu. "tidak apa-apa, aku hanya terkejut jika seseorang memasuki apartemen tanpa memencet bel," ujar Jin sembari mengambil kursi disana lalu menaruh wadah yang ia bawa ke atas nakas.

"Apa Jeongyeon pingsan?" Terlihat jika Nayeon memasang raut wajah khawatir, "sejak tadi aku membangunkannya tapi dia masih saja tertidur."

"Ya, Jeongyeon pingsan sejak kita pulang saat sedang memasuki apartemen."

"Pasti dia kelelahan."

"Jeongyeon shock sejak kejadian semalam, Nayeon..."

Mendengar itu, ia sedikit melebarkan matanya. Masih tidak percaya walau dirinya sudah mengetahui kejadian semalam setelah Mina menjelaskannya kepada mereka.

"Maaf, oppa... Seharusnya Jeongyeon dan Mina pulang saja bersama kami. Jika saja aku membujuk mereka ikut, kemungkinan kejadian itu tidak akan tertimpa pada kedua sahabatku ini," Nayeon menundukkan kepalanya merasa menyesal. Dia masih merasa bersalah sejak tadi karena mengingat kecerobohannya tersebut.

Suara sedih dari Nayeon membuat Jin ikut tidak senang. Pria itu segera menggelengkan kepalanya, meyakinkan Nayeon agar tidak menyalahkan dirinya sendiri. "Bukan salahmu, ingatlah itu!" Peringatan keras dengan nada pelan itu akhirnya di lontarkan.

"Jika kau menyalahkan diri sendiri, aku juga menyalahkan diriku karena tidak menjemput Jeongyeon. Maka dari itu, cukup biarkan semuanya berlalu. Tidak ada yang salah dalam hal ini, Nayeon. Dengar, bukan?"

Nayeon mengangguk mengerti walau terlihat seperti orang lesu. Kini tangan pria itu sibuk mencelupkan kain yang sedari tadi ia bawa, "Jeongyeon menyelamatkan Taehyung dan Jimin. Jika dia dan Mina tidak mengekor Jimin malam itu, kemungkinan Taehyung sudah tertembak," gumamnya lalu memeras handuk kecil berwarna putih itu, hingga air yang meresap pada kain tersebut mulai turun kembali kepada wadah.

Perempuan yang ada di seberangnya langsung menoleh, ia melihat raut wajah datar dari kakak sahabatnya itu. Bola matanya sibuk menatap tangan Jin yang sudah mulai bergerak untuk membersihkan tangan Jeongyeon, hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada pria itu.

"Apa Taehyung dan Jimin mempunyai hubungan? Untuk apa Jimin ada di tempat yang sama, ketika Taehyung berada disana?" Lontar Nayeon karena penasaran.

Tanpa sadar Jin berucap santai, layaknya berbicara dengan sosok sahabatnya. "Mereka saudara, wajar saja jika keduanya mempunyai ikatan batin," gumam Jin pelan. Beberapa detik setelah ia memasukkan kembali kain tersebut ke dalam air, ia baru sadar jika lawan bicaranya adalah Nayeon. Sahabat adiknya yang sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini.

PRINCE MASK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang