ke-8

271 63 10
                                    

ℙℛⅈℕℂℰ ℳᗅՏK




Degup jantung yang selalu berdetak kencang kini membuat sang ratu yang berdiri tepat di hadapan pintu ruangan Jimin tersebut merasa sangat resah. Takut dan khawatir akan sang raja yang menyendiri di dalam sana.

Mina kini menyatukan kedua tangannya. Perasaan gelisah yang menimpa dirinya tidak bisa membuatnya terdiam di tempat, kedua tangan indah miliknya tak henti bergerak sambil menatapi pintu di hadapannya.

"Berikan permohonan ku pada yang mulia raja. Aku ingin memasuki ruangannya..."

Namun pengawal yang menjaga di sana tidak menjawab satu kata sekali pun. Ratu itu tidak bisa menerima ini sehingga ia kembali angkat bicara di hadapan mereka.

"Ini perintah seorang ratu!" Tegas Mina lebih keras.

Nihil, Tidak ada jawaban lagi.

Mina tidak menghiraukan kedua pengawal itu, lalu ia melangkahkan kaki masuk secara kemauannya. Namun di langkah pertama, kedua pengawal itu sudah menghalang Mina segera.

"Ini benar-benar sangat penting, biarkan aku masuk..." Mohon Mina sekali lagi.

Kedua prajurit yang menjaga di depan ruangan Jimin tersebut tetap menghalangi Mina yang memohon agar masuk. Mereka tidak ingin melanggar perintah dari raja mereka.

"Maafkan hamba, ratu... Kami tidak bisa mengizinkan seseorang memasuki ruangan raja," ucap J-Hope menunduk. Bagaimanapun juga, pengawal tetap pengawal. Mereka bertugas dengan perintah sang raja, walau ratu memohon, mereka tidak bisa mengizinkan siapapun masuk sebelum raja sendiri yang mengizinkannya.

Dengan mata yang terpejam, Mina mulai menundukkan kepala. Hidung yang mulai memerah itu, segera ia elus pelan dengan jari telunjuknya. Untuk kesekian kalinya Mina menatap pintu ruangan sang raja dengan tatapan berharap agar dirinya di beri izin untuk masuk.

"Yang mulia..." Panggil Mina pelan. Tidak ada jawaban lagi dan lagi, sehingga ia berlari agar segera masuk. Namun kedua pengawal itu menahan tubuh Mina yang sudah memberontak.

"Yang mulia, biarkan aku masuk! Kau salah paham, raja! Mereka belum tentu berkata benar, kau bisa membicarakannya baik-baik..." Berawal dengan nada yang sangat kencang, berteriak agar suaranya di dengar oleh sang raja. Ia mengakhiri kalimatnya dengan nada lemah, menunduk lagi hingga meneteskan air mata.

"Raja Jimin... Berikan hamba izin untuk masuk..."



Di sisi lain, sang raja mendengar setiap permohonan permaisurinya tersebut. Ia mendengarkan segalanya walau tatapannya masih menunjukkan kosong.

Raja itu terdiam di ruangannya. Membiarkan kegelapan menyapa dirinya yang benar-benar sangat terpaku.

Hanya satu, satu cahaya bulan yang memasuki ruangannya.

Ia menatapi cahaya itu dengan tatapan hampa, melihat cahaya yang semakin membuat dirinya merasa tidak berdaya, kini tangannya terangkat pelan dan membiarkannya perlahan mengenai cahaya.

Telapak tangan yang kini terang lalu ia tatap, hingga membalikkannya secara perlahan. Menatapi setiap cahaya yang mengenai seluruh telapak tangan miliknya.

Perlahan ia membalikkan telapak tangan tersebut, membiarkan punggung tangan miliknya terpampang jelas di mata. Dalam sekejap ia mengepal tangannya sekuat tenaga, penuh amarah juga kebencian, getaran kuat terlihat jelas olehnya hingga dengan sangat kencang kepalan tangan itu menyentuh lantai.

Air mata kini keluar, mengalir begitu saja dengan mata yang masih membulat penuh menatap kepalan tangannya.

Hancur. Satu kata yang bisa di sebut untuk dirinya, karena telah mendapatkan pengkhianat besar dari seseorang yang merupakan sebagian dari kehidupannya.

PRINCE MASK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang