ke-18

247 48 9
                                    

ℙℛⅈℕℂℰ ℳᗅՏK




Brak!





Gadis itu membanting pintu dengan sangat kencang akibat gelisah. Sorot matanya tepat menatap sosok pria yang kini berada di atas kasur tersebut. Menatapnya dengan tatapan khawatir akan pria itu, karena sebelumnya ia mendapatkan kabar buruk.

Segera ia mendekat dengan langkahan cepat. Napasnya yang kini terus memompa tanpa henti, bahkan ia hampir jantungan hanya karena pria yang kini sudah ditatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa ini?!" Tegas Jeongyeon tidak tertinggal dengan tatapan mengancam. Melihat itu Jimin terdiam seribu kata dengan tundukan. Ia lebih memilih memandang ke jari-jarinya yang tak kunjung diam.

"Jangan seperti anak kecil. Katakan, mengapa kau bisa seperti ini, Jimin?" Sambil membungkuk menatap wajah pria itu yang selalu menghindar dari tatapannya. kini Jeongyeon menjewer kuping Jimin tak segan. Ia bahkan sengaja membuat rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, bisa dibilang jika kuping itu sudah memerah pekat. "A, ah... Kenapa kau menjewer ku? Lepas aish..." bujuk Jimin saat memegang tangan Jeongyeon.

Mengabaikan ucapan itu, kembali seperti awal ia menagih jawabannya. Yang dibutuhkan Jeongyeon saat ini adalah jawaban. Bagaimana ia tidak jantungan? Ketika kabar yang ia dapat membuatnya hampir mati ditempat. "Kenapa kau tidak menjawab? Ini tidak setimpal dengan perbuatan mu yang seperti anak kecil!"

"Baiklah, baiklah... Aku akan berucap jika kau melepaskan jeweran nya! Ini sungguh sakit," sahut Jimin memohon agar terlepas dari tangan yang menyerupai Capitan itu. Kini Jeongyeon mengalah, ia segera menarik tangannya lalu menaruh kedua lengannya didepan dada. Ia bersiap akan mendengarkan, dan mengomeli sosok Jimin tersebut.

Sedikit bingung, Jimin terdiam sejenak agar dapat mengucapkan dibagian yang tepat. Setidaknya jangan sampai jeweran itu kembali mengenai telinganya yang sudah memerah panas.

"Ini hanya kecelakaan kecil, Jeongyeon... Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku baik-baik saja, sungguh." Ujar Jimin dengan kedua alis yang terangkat untuk meyakinkan gadis keras kepala itu.

"Baik-baik saja katamu? Jadi kau menyepelekan hal ini?! Aku tidak percaya dengan ini."

"Aku hanya terserempet mobil, mengapa kau begitu khawatir? Ah, apa kau..." Goda Jimin dengan tatapan menyipit. Ia ingin tahu apa maksud kekhawatiran gadis itu.

"Tidak ada waktu untuk bercanda, Jimin. Lihat kondisi mu sekarang! Kau bilang baik-baik saja? Lalu ini apa?!" Sambil menunjuk kening Jimin yang dikelilingi perban. "Ini!" Tunjuk nya lagi di rahang bawah Jimin yang terlihat memar. "Ini juga!" Lagi, ia melihat luka di siku tangan pria itu, bahkan terlihat begitu parah sekali.

"Astaga, banyak sekali lukanya!" Bentak Jeongyeon, membuat Jimin kembali terdiam.

"Namanya juga kecelakaan, Jeong... Tentu saja terdapat sebuah luka. Bukan aku yang meminta agar seperti ini," perjelas pria itu yang kini mencoba untuk menenangkan Jeongyeon. "Aku akan menceritakannya, janji. Kau duduk dulu disampingku. Tenangkan dirimu, jangan terus menerus marah? Kemari."

Malas, gadis itu hanya menghela napasnya kasar. Segera ia menempati tempat kosong yang sebelumnya jimin tempati. Pria itu bergeser agar Jeongyeon segera terduduk disampingnya, dan ia akan lebih mudah juga memenangkan gadis itu.

Sebelum memulai pembicaraannya kembali, Jimin menarik napasnya cukup panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan. Ia melirik sekilas pada Jeongyeon hingga iapun siap berbicara, "kemarin aku menginap dirumah Joshua, namun aku tidak membawa mobil saat pergi ke rumah Joshua. sebab itu aku berjalan kaki ke rumah. Diperjalanan, ada sebuah mobil yang tetap melaju ketika lampu rambu lalulintas masih menunjukkan merah. Aku sudah berusaha menghindar, namun mobil itu tetap menghantam ku."

PRINCE MASK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang