ke-14

314 50 8
                                    

ℙℛⅈℕℂℰ ℳᗅՏK





Takh.

Cangkir yang sebelumnya ia pegang kini di taruhnya ke meja. Menghela napas panjang sembari mendapati sinar matahari yang menyentuh wajahnya dengan kehangatan. Balkon memang menjadi tempat satu-satunya yang akan menemani hari-harinya. Ia merasakan ketenangan di sana, berbagi segala sesuatu yang berada di lubuk hatinya pada pemandangan yang selalu ia tempatkan untuk berteduh.

Taehyung menatap kembali cangkir kopi miliknya yang kini tinggallah separuh. Lalu ia memutuskan untuk menghabiskan kopi yang hampir dingin itu segera dengan tegukan cepat.

Kini ia bangkit dengan cangkir kosong yang ia bawa, lalu melangkahkan kakinya menuju dapur. Sambil menaruh benda yang ada di tangannya itu ke sebuah wastafel, ia baru menyadari bahwa cucian di sana menumpuk. Ada beberapa benda yang belum ia cuci karena semalam ia memasak sesuatu untuk makan malam. Dengan decakan kecil ia menggeleng pelan. kali ini ia memulai aktivitasnya dengan mencuci piring.

Selesainya ia mencuci piring, dengan tangan yang masih terdapat sisa-sisa air, segera ia lap ke bajunya yang bersih. Padahal jelas sekali terdapat handuk kecil di sana, tetapi ia melewatinya begitu saja.

Dengan pakaian kaos berwarna abu-abu juga celana pendek hitam ia mulai berlari kecil menuju kamar. Berniat agar mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Bahkan rambutnya sangat berantakan karena sehabis bangun tidur ia langsung pergi ke dapur untuk meminum kopi hangat di pagi hari. Lagi pula tidak ada yang memperhatikannya jika berada di apartemen miliknya sendiri. Mau melakukan ini dan itu terserah pada diri seorang Taehyung.

Di sela waktu saat ia mengambil sebuah pakaian pada lemarinya, ia mengingat akan kejadian sebelumnya. Masih dilema antara meminta maaf atau tidak pada tetangganya itu, "apa iya aku harus meminta maaf? Hari ini?" Berfikir sejenak dengan bola mata yang berpindah-pindah, ia pun menegukkan Saliva yang teramat sangat sulit ia teguk, pria itu kembali pasrah dengan helaan napas yang cukup kasar.

"Minta maaf lebih baik. Jangan perbanyak dosa mu, Taehyung. Umur tidak ada yang tahu," jelasnya pada diri sendiri. Kini ia mengambil handuknya lalu segera mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya.

Tak butuh waktu lama ia pun keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah terbilang rapih walau sangat simpel. Taehyung memutuskan agar hari ini keluar mencari suasana baru. Ia tidak ingin hari-harinya terjalin seperti sebelum-sebelumnya yang hanya terdiam di dalam apartemen. Saat ini ia ingin memulai kehidupan yang lebih berbahagia lagi, tanpa harus mengingat kesedihan yang akan membuat perih semakin dalam.

Tangannya sudah menggantung di kenop pintu siap untuk membuka, namun ketika ia baru mendorongnya sedikit, tatapannya kembali menatap ke arah sepatu yang ia kenangan. Tali sepatunya terlepas di bawah sana sehingga ia spontan untuk mengikat tali sepatunya itu segera dengan berjongkok.

"Jangan pulang terlambat, ingat? Cukup sampai matahari tenggelam. Sesekali ingat waktu saat bersenang-senang."

"Iya bos, siap!"

"Jika terjadi sesuatu pada adikku--"

"Aku akan mendapati tinjuan hingga membiru..."

"Bagus."

Mendengar itu, Taehyung menatap ke arah luar saat melihat ke sela pintunya. Tali sepatu yang baru saja ia benarkan itu segera setelahnya Taehyung untuk bangkit. Suara bising itu membuatnya kini penasaran, sehingga ia segera membuka pintunya itu lebar lalu melangkahkan kakinya keluar.

PRINCE MASK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang