Kisah 26

2.9K 165 2
                                    

"Jadi menurut lo, bagusnya gue honeymoon kemana?"

Melati tampak berpikir sejenak, lalu mendengus "udah seminggu lho lo nanya itu mulu, ke Bali aja. Simple, deket, serba ada. Udah, Bali udah yang paling enak udah." putus Melati.

"Ahhh, pemikiran lo sama kayak orang-orang umum. Males ahh." tolak Fara, mengambil handphonenya meninggalkan ruangan kerja.

"Terus mau lo? Di hutan gitu? Bangun rumah ala marsupilami?"

"That's good idea." ujar Fara yang malah membuat jengkel Melati.

"Au ah Nay, otak gue berhenti berpikir deket sama lo." Melati mengacak rambutnya, berbicara dengan Fara apa memang harus memancing segala emosinya?

Fara berlalu menuju ruang pemotretan, namun teringat akan sesuatu yang ia dapati pagi ini. Sebuah alamat rumah sakit jiwa beserta foto candid Sabda memasuki bangunan itu. Fara berbalik menuju ruangannya.

"Kenapa lagi?" tanya Melati malas.

"Gue mau cerita."

"Apa?"

Fara menceritakan bagaimana awal mula ia bisa mendapat chat itu, bagaimana awal mula orang asing ini menerornya. Lalu apa maksudnya mengirim beberapa foto candid Sabda.

"Terus lo pernah gak ngecek RSJ itu sekali?" Tanya Melati setelah mendengar cerita Fara panjang lebar.

Fara menggeleng.

Fara memang tak pernah mau mengecek hal yang menurutnya iseng itu, siapa tau saja pesaing suaminya. Atau orang yang iseng mengganggu rumah tangganya.

"Lo gak penasaran? Secara Sabda kan belum pernah cerita apa-apa tentang masa lalunya sama lo?"

"Kenapa harus penasaran, menurut gue masalalu Sabda ya punya dia. Masa depan dia baru punya kita berdua." jawab Fara enteng.

Melati menggeleng takjub, ia tak menyangka sahabatnya mempunyai pemikiran sedewasa ini. Fara makan apasih pagi ini?

"Ya paling seegaknya lo penasaranlah, atau nanya ke dia?"

"Gue gak mau."

"Lo gak mau atau lo belum siap?"

Fara menghembuskan nafas kasar, "Iya. Gue belum siap."

Terjadi keheningan beberapa saat, "Gue belum siap kalau ternyata masalalunya lebih baik dari gue, gue belum siap kalau ternyata dia belum bisa lupain masalalunya dan gue belum siap kalau ternyata dia ceritain masalalunya dengan wajah sedih. Gue belum siap."

Fara tergugu, "Selama ini gue berusaha tutup mata. Gue ga perduli sama semua omongan orang tentang suami gue, gue berusaha untuk gak mendengarkan beberapa. Tapi ternyata gue capek, gue pengen tau. Tapi gue takut."

Melati memeluk Fara, mwngusap punggung wanita itu. Tak ada kata yang dapat ia katakan pada Fara, karena ia pun tak merasakannya.

🍁🍁

"Gue ngapain sih kesini?" Fara bingung sendiri dengan tingkahnya. Ia malah membelokkan mobilnya ke arah berlawanan menuju rumah.

Dan disini dia sekarang, di depan rumah sakit jiwa yang pernah di kirim oleh pengirim pesan misterius yang beberapa hari ini meneror nomernya. Fara hanyalah manusia biasa, wajar jika ia merasa curiga sebab Sabda pun tak pernah cerita apapun tentang pekerjaannya, dan Fara pun tak pernah bertanya. Padahal menurut Fara masalalu tinggal masalalu, masa depan Sabda tentu saja sudah milik Fara.

"Gue mesti balik ni, udah gila gue." dengusnya sendiri, seraya membelokkan mobilnya meninggalkan gedung itu.

Tak lama setelahnya, handphone Fara berbunyi. Satu panggilan masuk dari Sabda. Dengan senyuman yang terukir di bibirnya, Fara mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelpon.

Unknown Location [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang