Kisah 3

5.5K 300 0
                                    

"Kok kamu gak bilang sih, kalau rumah kamu segede ini?"

Sabda mendegus malas, "Rumah kita."

Fara menulikan telinga, menjelajahi seluruh isi rumah. Setelah turun dari tangga Fara bertanya, "Kamar ku dimana?"

"Di atas."

Fara mengangguk, "Kamar kamu?"

"Di atas juga."

"Ha? Kamar di atas kan cuma satu, jangan bilang-"

Mata Fara membulat sempurna, "Aku belum siap punya anak cepet-cepet."

"Emangnya kalau kita sekamar udah pasti bikin anak? Atau kalau kamu yang mau saya sih, gak nolak." kalimat terakhir itu di ucapkan Sabda sepelan mungkin, tapi Fara tetap dengar.

Fara mencubit perut Sabda, sampai pria itu mengaduh.

"Sakit Fara."

"Rasain. Awas aja kalau kamu khilaf." ancam Fara.

"Khilaf sama istri sendiri dapat pahala tau."  ujar Sabda di pundak Fara, hembusan nafas Sabda terasa membuat bulu kuduk Fara meremang.

"Jangan dekat-dekat. Ntar kamu mesum lagi."

Sabda memutar bola mata, "Saya di mata kamu gitu banget ya?"

"Ho'oh"

Fara tak mengindahkan muka terhina Sabda, "Sekarang kamu antar koper ke kamar. Abis itu kita gantung semua pigura ini."

Dengan langkah malas Sabda membawa kedua koper itu ke kamar mereka.

Setelah menata sofa dan menggantung beberapa Foto pernikahan mereka, disinilah Fara saat ini. Duduk dengan kedua kaki di atas meja. Sudah seperti nyonya rumah bukan? Jangan tanya Sabda dimana, dia masih sibuk menimbang dan mengukur dimana foto pernikahan mereka akan di gantung. Sabda memang sengaja tidak menyuruh orang kebersihan menggantung semua foto itu, karena ia ingin tangan Fara lah yang menata semua pritilan kecil rumah ini. Tapi nyatanya sekarang Sabda lah yang bekerja sendiri, ya Fara memang membantu sih, sedikit.

Sabda mengenyakkan bokongnya di sebelah Fara.

"Saya haus, tolong ambil minum dong." titah Sabda sesaat setelah mengusik ketenangan Fara.

"Aku mager ah, ambil sendiri sana." tolak Fara sambil bergeser menjauh. Tak ingin jantungan bila berdekatan dengan Sabda. Soalnya pria ini bisa saja melakukan bermacam hal misalnya membelai rambut, pegang tangan, jangan berpikiran kotor ya kalian.

"Mager juga."

Alhasil tak ada satupun yang bergerak untuk mengambil minum, seolah-olah tempat air memang berada jauh di luar angkasa.

"Ay?"

"Hm?" Fara menoleh, menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"

Sabda menoleh malas, "Iya, Faradiba Kanaya kan? Temen-temen kamu manggilnya Nay. Jadi gak salah dong saya manggil Ay."

Fara mengibaskan tangan, "Terserah deh, asal jangan Umi aja."

"Dan kamu mulai sekarang panggil aku 'Mas'."

"Kenapa?"

"Ya, karena aku lebih tua lima tahun dari kamu dan aku suami kamu. Jadi kamu harus panggil aku 'Mas Sabda' gitu."

Fara menghela nafas, "Harus banget?"

Sabda mengangguk.

"Yaudah, oke."

Tumbeh gak ngebantah?

"Ehh bentar-bentar, kamu tadi manggil diri kamu aku? Tumben? Bukannya saya?"

"Ya karena aku mau." Sabda menjawab cuek.

🍁🍁🍁

Uhuy akuu 😂

Salam sayang..

Emak Sabda dan Fara ❤❤

Unknown Location [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang