Pekerjaan Fara menyiram tanaman otomatis terhenti ketika ia mendengar tangisan Carla, dengan kecepatan cahaya Fara lari kedalam bermaksud meredakan tangis balita mungil itu. Namun, sesampainya di ambang pintu langkah Fara terhenti. Pemandangan yang sangat indah, sedang terjadi di depannya. Pria itu, pria yang selalu membuat perasaanya tak karuan tersebut sedang duduk bersila di bawah kasur sementara tangannya asik mengusap punggung kecil Carla. Pemandangan yang sangat indah sekali bukan, sayang untuk di lewatkan atau di kacaukan.
Fara menyandarkan kepalanya ke kusen pintu, bibirnya membentuk senyum yang lebar. Hatinya menghangat, beginikah perasaan yang di rasakan Ocha ketika melihat interaksi anaknya dengan suaminya. Seimut inikah?
Tak lama berselang Sabda menoleh ke arah pintu, dan menyadari ada Fara di sana.
"Jadi pergi kan?" tanya Sabda mendekati Fara.
Fara mendekatkan telunjuk ke bibirnya, mengisyaratkan agar Sabda jangan bicara terlalu keras.
"Pelan-pelan dong, nanti kalau Carla bangun gimana?" ujar Fara dengan berbisik.
Sabda nyengir, "Maaf-maaf aku gak tau."
Fara mencebik, setelahnya berlalu ke meja bar. Bermaksud membuatkan sesuatu.
"Kamu mau teh atau kopi?" tanya Fara mengambil dua gelas kecil dari rak piring. Tak habis fikir ternyata, semua perabotan rumah ini lengkap. Tanpa kurang, bahkan di lengkapi dengan mesin pembuat kopi dan pemanggang roti.
Sabda duduk di stool bar, "Kamu bisa bikin kopi atau teh?"
Fara menghela nafas malas, "harus ya, pertanyaan di jawab pertanyaan?"
Sabda terkekeh, setelah seminggu tinggal bersama Fara ia baru tau jika istrinya itu akan marah jika ia tak langsung menjawab pertanyaannya dan malah bertele-tele. Padahal sendirinya senang bertele-tele.
"Yaudah kalau gitu kopi aja deh."
Fara mengangguk, ia langsung mengambil satu buah coffe capsul dan memasukkannya ke dalam coffe machine, yang membuat Sabda tercengang.
"Kamu beli kopi dimana?"
"Oh, oleh-oleh dari temenku."
"Laki-laki?"
Fara mengangguk. "Kenapa?"
"Enggak. Ketemu dimana? Kok bisa kasih oleh-oleh?"
"Dia karyawan baru di kantor." jawab Fara mematikan mesin kopi lalu mengangsurkan kopi hitam hangat itu ke hadapan Sabda dan teh hangat untuk dirinya sendiri.
Sabda mengangguk mahfum.
"Oh iya, aku gak liat mobil kamu di depan. Dimana?"
"Mogok kemaren. Sekarang di bengkel."
"Terus, pulang bareng siapa?"
"Pandu, temenku yang kasih kopi plus karyawan baru di kantor." jawab Fara lengkap agar tak ada lagi pertanyaan setelah ini.
"Satu lagi, hampir lupa. Itu anak siapa sih? Kok ada di rumah kita?"
"Anaknya Ocha, dia nemenin suaminya. Ada acara di pulau gitu, gak tega kalau bawa anaknya. Masih kecil soalnya. Orang tuanya sama mertuanya juga lagi dinas ke Palembang. Jadi titip ke sini deh, gapapa kan?" tanya Fara hati-hati.
"Ya gapapa lah, itung-itung kita belajar jadi orang tua." jawab Sabda enteng.
"Tapi, kalau kita punya satu yang kayak gitu. Lucu juga lho, Ay." lanjutnya.
Bagi Fara omongan Sabda adalah sentilan di hatinya agar Fara bisa mengizinkan Sabda mengambil yang seharusnya menjadi miliknya. Namun segera ia enyahkan perasaan itu, ia belum percaya sepenuhnya pada pria ini.
"Jangan macam-macam ya, Mas." ancam Fara.
Sabda terkekeh, "Aku gak macam-macam, cuma satu macam. Aku mau kita punya anak. Selucu anaknya Ocha."
Fara terbatuk, setelah menandaskan teh yang ia buat. Fara berlalu ke kamar meninggalkan Sabda, ia tak mau jika Sabda melihat muka Fara yang merona.
"Kado pernikahan kita belum di buka lho Mas. Mau buka gak? Aku buka ya." ujarnya berjalan secepat mungkin.
Sabda terkekeh geli, melihat tingkah Fara. Ia tak menyangka bisa melihat semua tingkah ajaib Fara dalam waktu seminggu, besok entah apalagi.
🍁🍁🍁
Hayyy. Apa kabar?? Aku apdet lagi, semoga kali ini gak ngaret lagi yaa.. Mood lagi bagus"nya ini 😂
Kalau misalnya di kasih judul, judulnya adalah "Mencari celah hati Fara. Menambal hati Sabda." adauuu kayak judul ftv yaa 😂😂
Ehh iya, buat yang bingung kek begini lho mesin kopinyaa orang keyong 😂😂
Drop your impression, here.
Thank's for reading.
Salam sayang..Emak Fara dan Sabda ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomanceBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...