Fara sudah tiba di restoran yang ia janjikan untuk dinner bersama Sabda, namun pria itu belum datang. Mungkin sebentar lagi, sehabis maghrib memang sedang macet-macetnya. Terlalu banyak insan manusia yang pulang dari kantor saat jam-jam segitu. Fara sudah mengirimkan alamatnya pada Sabda dan menunggu dengan manis hingga pria itu datang.
Sembari menunggu Fara memesan minuman untukknya, segelas Lemonade dingin. Ia tak memsankan untuk Sabda karena ia takut minuman itu sudah tak enak lagi saat pria itu datang. Saat minuman Fara datang, tidak juga menampakkan tanda-tanda kehadiran Sabda. Kemana kiranya pria itu, dia tidak mungkin melupakan janji ini kan?
Fara mengambil handphonenya, berniat untuk menghubungi Sabda, namun sebuah panggilan yang semula ia kira dari Sabda. Dan harapannya harus ia telan bulat-bulat sebab wanita paling istimewa di dunia tengah menghubunginya.
"Assalamu'alaikum Oma. Selamat malam." sapa Fara saat pertama kali telepon itu ia angkat.
"Wa'alaikumsalam, sayang. Selamat malam juga." sapa suara serak wanita tua yang telah membesarkannya itu.
"Nay kangen Oma." rengeknya.
"Kamu udah gak pernah main lagi ke rumah Oma. Dasar anak nakal." keluh Oma merajuk.
"Nay sibuk Oma akhir-akhir ini."
"Halah, alasan kamu gitu terus sama Oma. Dulu pas kuliah juga gitu."
Fara terkekeh mendengar keluhan Oma, sedari dulu Fara memang jarang pulang kerumah. Bukan karena alasan yang di buat-buat, tapi pembukaan perusahan yang saat ini ia tempati juga butuh perhatian ekstra, mengingat ia baru saja merintis perusahan majalah itu bersama Melati ketika jaman kuliah. Tak menampik bahwa Fara jarang menyediakan waktu bersama Oma. Padahal Oma bilang jika Fara memilih mengelola butik Oma saja ia tak akan sesibuk itu. Tapi Fara malah menolaknya, dia bilang tidak mau di cap KKN.
"Iya deh, minggu ini Nay ke rumah Oma." bujuknya pada Oma Sita.
"Gak usah kalau terpaksa." Rajuk Oma lagi.
"Nay gak terpaksa Oma. Nay janji bakalan liatin Oma sekali seminggu mulai sekarang. Nay sekarang lagi di luar lho Oma, Nay lagi mau dinner sama Mas Sabda." Pamernya, barangkali Oma tidak akan merajuk lagi jika itu menyangkut Sabda.
"Sekarang Sabdanya mana? Oma mau ngomong."
"Mas Sabda masih di jalan, kayaknya macet banget deh. Terakhir dia chat aku katanya lagi dijalan."
Terdengar suara oma menghela nafas. Lalu diam selama beberapa detik.
"Nay? Kamu bahagia gak nikah sama Sabda?"
Fara kebingungan atas pertanyaan Oma, apa kiranya yang sedang Oma fikirkan.
"Oma kenapa nanya gitu? Nay bahagialah nikah sama Mas Sabda. Kan Oma udah milihin Nay laki-laki yang baik." kilahnya, sebenarnya ia ingin sekali berkata pada Oma bahwa ia sempat tak bahagia.
"Oma sering mikir sebenernya Nay bahagia gak ya setelah semua ini. Atau selama ini Oma cuma maksa Nay ikutin kemauan Oma."
"Oma kenapa mikir gitu Nay bahagia kok nikah sama Mas Sabda, dia orang yang baik dan bertanggung jawab sama Nay." ia ingin sekali membesarkan hati Oma, mengatakan pada wanita tua itu bahwa ia bahagia atas pilihan Oma. Setidaknya sedikit ia bisa memberikan Oma bahagia.
"Syukur deh kalau gitu, Oma senang kalau Nay bahagia bersama Sabda."
"Nay juga bahagia kalau Oma bahagia."
"Nay gak boleh gitu, Nay harus bahagia untuk diri Nay sendiri. Bukan demi Oma. Dengan begitu Oma jadi gak merasa bersalah karena sudah menyerahkan Nay pada orang yang tepat, karena Nay punya tempat bersandar sampai nanti Nay tua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomanceBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...