"Dia pikir dia siapa pake sok sok an selamat, selamat segala." dengus Fara saat di dalam lift.
Kata-kata wanita itu selalu terngiang-ngiang. Bahkan dalam perjalanan menuju rumah.
Satu chat dari orang yang tak di kenal masuk ke handphone Fara. Sebuah foto rumah sakit jiwa, dengan mobil hitam mirip mobil Sabda di depannya. Fara mengabaikan chat itu, toh banyak mobil lain yang juga berwarna hitam sama dengan milik Sabda, matanya tertuju pada salah satu pesan dari mama mertuanya.
From : Mama
Nay, besok makan malam di rumah yaa. Mama chat Sabda tadi gak di baca-baca. Sok sibuk banget tu anak.
To: Mama
Siap ma.
Setelah membalas pesan itu Fara berpikir sejenak, Sabda memang tak membalas chatnya hari ini. Kemana kiranya pria itu? Mungkin memang sedang sibuk.
Fara mampir ke sebuah restoran cepat saji, tiba-tiba ia ingin makan ayam.
"Mas, Chiken wings lada hitamnnya dua ya?"
"Oke, mbak. Tunggu sebentar ya."
Fara duduk di sebuah kursi yang mengahadap ke jendela. Namun sebuah tayangan gosip di televisi mengambil alih perhatian Fara. Di dalam tayangan gosip tersebut ia melihat suaminya sedag membela client nya atas pelecehan seksual.
"Nahh. Ini nih, mas Sabda yang cakep itu."
"Keren yaa dia, kalian liat gak yang di Youtube?"
Fara tersenyum melihat respon beberapa orang terhadap suaminya, tau kan seberapa bangganya Fara mempunyai suami seperti Sabda.
"Udah punya pasangan belum sih?" ujar perempuan berkaos putih pada temannya.
"Kayaknya udah deh, ada postingan foto nikah di instagramnya waktu itu." balas temannya.
"Lo follow? Cantik gak ceweknya?"
"Biasa aja sih."
Fara tersenyum simpul, sudah lumrah jikawanita yang tertolak cintanya akan berkata bahwa dirinyalah yang paling cantik di bandingkan pasangan yang di pilih oleh pria yang menolaknya. Seketika ia jadi ingat perkataan Jessica di rooftop tadi.
Jika itu Fara, ia pun mungkin akan bereaksi demikian.
Fara membayar pesanannya lalu pergi dari sana, ia juga kagum melihat betapa percaya dirinya suaminya saat di dalam ruang sidang. Kegantengannya bertambah berjuta-juta kali, namun berbanding terbalik jika sudah berhadapan dengan binatang kecil bernama kecoa. Pria itu akan lari terbirit-birit, atau berteriak-teriak bagai orang kesetanan.
Fara sampai di rumah, lampu rumah hidup. Mobil Sabda juga sudah terparkir manis garasi rumah.
"Assalamualaikum."
Tak ada jawaban.
Fara mencari-cari Sabda dengan matanya, ia meletakkan makanan yang tadi ia beli di atas meja lalu melangkah ke kamar atas. Sabda ternyata sedang tertidur dengan Popo di sebelahnya. Fara tersenyum melihat keakraban ini, tak biasanya. Kucing gembul itu biasanya hanya mau tidur di sebelah bayi atau Fara seorang.
Sabda meringis, Fara mendekat lalu menyelimuti pria itu. Bahkan bajunya saja belum di ganti. Namun gerakan Fara terhenti setelah menyentuh permukaan kulit Sabda yang panas.
"Mas, kamu demam?"
Sabda mebuka matanya, bibir pria itu pucat pasi, namun masih sanggup untuk berkata.
"Nay?"
"Mas, ini badan kamu panas banget. Kita ke dokter ya?" Langkah Fara terhenti, saat Sabda menarik lengannya.
"Aku gak suka rumah sakit, Ay." ujar lemah.
"Tapi kamu--" omongan Fara terhenti karena detik itu Sabda menjatuhkan Fara dalam pelukannya.
"Sebentar aja, Ay. Aku dingin."
Fara membeku, tak tau harus berbuat apa. Tetapi lelaki ini memelukknya amat kuat. Fara dapat merasakan hawa panas dari badan Sabda dengan jarak sedekat ini.
Fara balas memeluk Sabda, mengelus punggung lebar pria itu.
"Perasaan tadi pagi masih sehat deh kamu." gumam Fara.
"Jangan sakit dong, gak ada lagi yang bantah omongan aku." ejeknya lagi.
Sabda tersenyum dalam tidurnya, kesempetan emas yang tak boleh di sia-siakan ia selalu ingin hal ini terjadi bahkan setiap hari.
Sudah tiga puluh menit berlalu, "Mas kamu gak mau ganti posisi? Aku belum ganti baju lho. Kamu juga, mau di kompres juga kamu. Biar panasnya turun."
Tak ada jawaban dari Sabda, lelaki itu sudah terbang ke dunia mimpi dengan nafas yang sudah teratur. Namun pelukannya pada Fara tak mengendur sedikitpun.
Mana laki-laki garang yang tadi Fara lihat di tv? Kemana perginya kegarangan itu. Pria garang itu telah berubah menjadi bayi besar yang keras kepala dan manja jika sedang sakit. Di balik badan yang besar itu ada jiwa bayi yang tersembunyi.
Fara tersenyum dengan perumpamaannya sendiri. Namun setelahnya ia mengusap punggung lebar Sabda bagaikan menidurkan bayi.
"Mas?"
Pelukkan Sabda sudah mengendur saat ini. Punggung Fara sudah sakit, tidur dalam keadaan tidak nyaman. Ia memeriksa kening Sabda, masih sedikit panas.
Fara mengambil air hangat lalu mengompreskannya di kening pria keras kepala itu. Setelahnya mengganti baju pria itu dengan susah payah, lalu menaikkan suhu AC. Setelah selesai disinilah Fara sekarang, memakan ayam yang tadi ia beli sambil menunggu alarmnya berbunyi untuk mengganti air kompresan Sabda jika saja sudah dingin.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sebuah pesan dari nomor yang sama mampir ke handphone Fara.
Ayo kita ketemu, akan saya kasih tau rahasia terbesar suami kamu.
Tak sedikitpun Fara mau menghiraukan pesan itu.
🍁🍁
Yang neror masih noob 😂
Gantian nii pasutri sakitnya, kemaren Fara sekarang Sabda.
Happy reading.
Utang lunas 👍
Salam sayang
Emak Fara ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomanceBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...