Disarankan untuk baca bab sebelumnya..
🍁🍁
Fara merentangkan tangannya, menikmati hembusan angin pantai, mengirup dalam-dalam untuk mencium aroma pantai.
"Akhirnya kita sampai juga." ujarnnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ujung pantai.
Sabda tak mau menyia-nyia kan moment itu, melihat Fara dengan topi pantai yg kini bertengger di kepalanya. Serta pemandang yang membuat Fara menjadi pusat perhatian Sabda.
Cekrek.
Sabda dapat satu foto cantik Fara, sebelum ini ia hanya menyimpan beberapa foto aib Fara. Foto saat wanita itu tertidur yang jika Fara melihatnya akan membuat wanita itu mencak-mencak agar Sabda menghapusnya.
Setelah cek-in seorang bell boy mengantarkan Sabda dan Fara menuju kamar mereka, bulan ini pengunjung tak begitu ramai. Mungkin karena memang bukan musim liburan, ataukah seluruh semesta sedang menyediakan momen romantis khusus untuk Fara dan Sabda. Di perahu tadi juga, hanya ada tiga pasangan termasuk mereka yang menuju pantai ini.
"Disini kamarnya, selamat beristirahat."
Ujar bell boy itu lalu pergi.Sabda membuka pintu menampilkan, satu buah ranjang dengan pemandangan laut di sampingnya. Fara yang sangat excited tak henti-henti bergerak ke sana kemari. Di dalam ruangan ada sebuah ranjang ukuran king size, kamar mandi dan sebuah televisi di depan ranjangnya. Tapi sepertinya televisi itu tak akan nyala selama mereka di sini. Karena, ya gitu deh.
Sabda membaringkan badannya yang lelah setelah perjalanan jauh, bagaimana tidak. Wanita yang saat ini sedang menjuntaikan kakinya ke laut itu, tidur dengan kepala yang di sandarkan di bahunya baik di kapal maupun di mobil. Sabda tak habis pikir bagaimana wanita itu bisa tidur senyaman itu.
Sabda menyusul Fara untuk duduk di teras belakang, di hotel ini kamar laut berada di atas air. Jadi teras belakang, langsung menghadap laut. Bisa langsung melihat ikan-ikan dan biota laut lain disana.
"Coba aja kita bawa satu keluarga ke sini, pasti lebih seru, kan?" tanya Fara tanpa mengalihkan pandanganya dari anak perempuan kecil yang sedang bermain air bersama ayahnya.
Sabda juga memandang kesana, ia tau maksud Fara. Wanita itu punya pengalaman hidup lebih pahit darinya. Ia merindukan sang Papa.
"Kalau aja Papa masih ada. Papa pasti gak ngebolehin aku ke sini cuma berdua sama kamu." kekehnya, mulutnya tertawa namun matanya menerawang. Berusaha mengenang semua kenangan manis bersama sang papa.
Sabda merangkul pundak Fara meletakkan kepala wanita itu ke bahunya, mengusapnya penuh sayang lalu mencium keningnya.
Fara menatap Sabda sambil menghapus air matanya. Tak lupa menarik naik ingusnya. Sabda meringis melihat pemandangan di depannya ini.
"Kamu kalau nangis kayak gini jelek lho, Ay." ujar Sabda membantu merapikan anak rambut Fara yang berantakan.
Fara tak terima, ia mencubit pinggang Sabda hingga lelaki itu mengaduh.
🍁🍁
"Mas, ayo berenang!" ajak Fara antusias.
Sabda tak bergeming, ia tertidur sejak tadi. Badannya sungguh sangat lelah, Fara seharusnya membiarkan saja ia tidur.
"Mas, aku berenang sendiri ya."
"Hmm."
Fara menghela nafas, membiarkan saja Sabda tidur. Mungkin lelaki itu benar-benar lelah karena menopang setengah berat badannya selama di perjalanan tadi. Mengingatnya saja membuat Fara tersenyum, sungguh Sabda adalah suami yang sangat sabar.
Fara memandang lama laut yang ada di depannya. Entah kenapa laut selalu membuatnya tenang, dan laut juga yang mampu membawa segala kenangan pahit dan manis kedalam kepalanya. Fara mendudukkan dirinya di jembatan yang menjorok ke pantai, menjuntaikan kakinya. Bersenandung kecil, semuanya terasa ringan hari ini. Entah kenapa, mungkin esok hari ada masalah besar yang akan menghampirinya.
Tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menutupi matanya, Fara tau tangan ini beserta wanginya. Fara hapal betul, wangi mint yang selama tiga bulan ini amat ia suka.
"Mas, ngapain sih?"
Sabda terkejut, bagaimana bisa Fara tau jika ini dirinya.
"Mas siapa? Aku bukan Mas." ujar Sabda dengan suara yang di buat-buat berat.
Senyum di wajah Fara memudar, di gantikan dengan wajah gusar sambil menyingkirkan tangan Sabda dari matanya."Mas! Gak lucu deh!"
Sabda tertawa, sementara Fara memandang lelaki itu kesal. Kan Fara parno, bagaimana jika memang penculik. Kan gak lucu kalau Fara di culik disini.
"Kamu kok bisa tau sih itu aku?" tanya Sabda mengambil tempat di sebelah Fara.
"Katanya kamu capek, mau tidur aja." sindir Fara tanpa menjawab pertanyaan Sabda.
"Ya aku takut aja, kamu hilang dipulau ini kalau gak ada aku." jawabnya enteng.
Tak terima di ejek Sabda, Fara memutar otak membalikkan keadaan.
"Kamu mau tau kenapa aku bisa tau kalau tadi itu kamu?"
Sabda menaikkan alisnya sebelah.
"Ya karena auranya beda."
"Aura apa?"
Sabda mencondongkan tubuhnya ke arah Fara, menatap serius wanita itu. Namun jawabannya justru membuat Sabda ingin sekali menceburkan Fara ke laut sekarang.
"Magis." Fara tertawa sampai memegangi perutnya, tak tahan karena tertawa.
🍁🍁
Setelah aksi ejek-mengejek itu mereka berdua diam tanpa ada suara apapun selain suara laut dan beberapa kicauan burung. Fara menyandarkan kepalanya di bahu Sabda, mereka berdua sedang di dalam pikiran masing-masing. Fara masih berkelana di dalam pikirannya, ragu ingin menannyakannya atau tidak.
"Mas?"
Akhirnya..
"Hm?"
"Kamu gak mau cerita apa gitu ke aku?"
"Apa?"
"Ya apa aja, masalalu kamu. Kerjaan kamu, masa depan kamu."
"Masa depan aku kan kamu, Ay." jawab Sabda enteng, namun ia tak tau saja jika itu berefek besar bagi Fara dan jantungnya.
Ia langsung bangkit kembali ke kamar dan meninggalkan Sabda yang kebingungan sendiri. Sabda geleng-geleng kepala melihat tingkah absurd Fara, ia tak tau jika menikah dengan Sabda akan semenyenangkan ini. Wanita itu unik, setiap hari ada saja hal yang baru yang Sabda ketahui darinya.
🍁🍁🍁
Gamau banyak omong, jangan lupa vote sama komen yang banyak. Lanjut chapter 29 besok yaaa baru stengah ngetiknya..
Salam Sayang...
Sekataa ❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomanceBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...