"Sab, muka lo kenapa bonyok gitu? Trus itu kacamata item lo buka dah." celoteh Kahfi sejak melihat Sabda masuk dengan memakai kacamata hitam dalam ruangan.
Sabda membuka kacamata hitamnya. Yang membuat Kahfi tertawa penuh arti.
"Naya mainnya keras juga ya, Sab. Sampai bonyok gitu lo. Ya wajar sih kalian kan LDR-an seminggu." ejeknya.
Kening Sabda mengkerut, "Apaan sih anjir?!"
"Yaelah, ngaku aja kali Sab ngaku. Sama gue ini." paksa Kahfi sembari mengejar Sabda yang mulai menjauh.
"Ihhh, yey bikin jiwa jambrela eyke meronta cyiinn." ujar Kahfi dengan gaya yang di buat segemulai mungkin. Membuat Sabda bergidik, ia tak menyangka mempunyai teman seajaib Kahfi.
"Ehh, ada Mas Gaga." ujar Kahfi saat melihat Galih baru saja keluar dari ruangannya.
Tanpa tendeng aling Sabda dan Galih langsung pergi ke ruangan masing-masing, tanpa memperdulikan Kahfi dengan semua tingkah absurdnya.
"Ihhh yey kok pada kabura sih, yey tinta kangen sama eyke."
Namun Galih kembali memunculkan kepalannya dari balik pintu menghadap Kahfi. "Malu Fi, di ketawain ama biji lo. Inilah kenapa lo belum dapet bini sih, Fi. Gue aja masih ragu lo bisa berdiri apa enggak." setelahnya Galih cepat-cepat menutup pintu ruangannya.
"Anjir!" umpat Kahfi.
Begitulah sedikit suasana kantor pengacara The Lawyers, yang penuh dengan aib para pembela kasus.
🍁🍁
Fara bukanlah tipe orang yang suka memikirkan pesan apa yang harus ia kirim kepada siapapun, bahkan kadang tanpa banyak basa basi ia bisa langsung blak-blakan menannyakan hal-hal tersebut. Namun berbeda dengan saat ini, ia sudah lebih dari lima kali mengetik pesan lalu menghapusnya lagi.
"Ck, kalau mau chat, chat aja kali Nay. Jangan kayak SMA lagi puber gitu deh lo. Pake banyak mikir segala lagi." sindir Melati yang jengah melihat tingkah Fara bak anak SMA yang sedang pubertas.
Puluhan kalimat sudah menggantung di kepala siap untuk di ketik namun di urungkannya, tak pernah Fara merasa sefrustasi ini hanya demi memikirkan kalimat apa yang tak akan membuat mereka canggung lagi.
Fara meletakkan ponselnya dengan sedikit bantingan, setelahnya mendengus frustasi. Kenapa kejadian semalam malah justru membuat Fara canggung dengan Sabda.
Ponselnya berdering sekali, tanpa aba-aba Fara meraih ponsel itu.
"Halo mas?"
"Nay, ini Mbak Dewi. Kamu ke rumah sakit ya Nay, Mbak mau ngelahirin ini."
"Hah? Mbak mau ngelahirin? Serius? Sekarang?"
"Iya Nay–"
"Mbak dimana sekarang? Mas Galih mana? Udah siap semua barangnya?" tanyanya panik.
"Ini udah di jalan Nay."
"Yaudah kalau gitu aku ke rumah sakit sekarang."
"Iya."
Setelah telpon di tutup, Fara segera menghubungi Sabda. Namun sebelum lebih semenit sebelum Fara menelpon pria itu sudah lebih dulu menelpon Fara.
"Halo Mas?"
"Iya Ay?"
"Mas udah tau kan?"
"Iya iya, ini Mas lagi di jalan ke kantor kamu."
"Yaudah, Mas hati-hati ya."
"Iya Ay." jawab Sabda lembut.
Bagi Sabda itu mungkin hal biasa namun tidak untuk Fara, wanita ini tak kuasa untung menyembunyikan senyum di bibirnya. Sungguh membayangkannya saja membuat jantung Fara tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
Storie d'amoreBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...