"Omaaaaaaaa, Naya disini." teriak Fara antusias.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam. Kalian kok gak bilang-bilang bakal kesini?" tanya Oma.
"Sengaja kasih kejutan buat Oma." jawab Fara sembari mencium wajah wanita tua itu.
"Eh, lo ngapain disini?" tanya Naya ketika melihat Ocha menggendong anaknya.
"Ini kan rumah Oma gue juga." jawab Ocha sekenanya.
"Hilih alasan, bilang aja di tinggal Evan keluar kota." sindir Fara telak.
"Kalian udah makan?" tanya Oma pada Fara dan Sabda.
"Belum, kebetulan kita berdua kangen masakan Oma." ujar Fara, namun setelahnya ia membenci mulutnya yang terlampau cepat itu.
"Loh, kan kemaren kita juga udah masak. Kamu gak inget ngangetinnya Nay?"
Pipi Fara bersemu merah seketika, masalahnya malam itu ada yang menyerangnya duluan. Hingga lupa menutup semua makanan itu dan berakhir basi keesokan paginya. Demi apapun Fara ingin sekali menghilang dari sini sekarang.
"Hah? Iya kemaren kita baru aja makan masakan Oma yaa, lupa. Abis masakan Oma ngangenin sih." jawab Fara berusaha ngeles.
Dari sikap Fara Oma tau, jika ada hal memalukan yang di tutupi Fara. Tapi selama hal itu baik untuk Fara bagi Oma semua tak ada masalah.
"Kalian dari kantor langsung kesini?"
"Enggak. Kita dari rumah sakit, Oma." Jawab Sabda.
"Siapa yang sakit? Kamu Sab?"
"Enggak Oma, Mbak Dewi ngelahirin." Jelas Fara.
"Ooh Dewi, laki-laki apa perempuan anaknya?"
"Laki-laki."
"Oma kapan dapat cucu lagi?"
Fara yang tengah menyeruput minumnya, tersedak. Belum sempat Fara mengintrupsi, Sabda sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Oma.
"Do'ain aja Oma, kita berdua juga lagi berusaha." ujar Sabda tenang.
Wahh, Sabda memang jago sekali kalau masalah mejawab dengan tenang. Jika saja ada pemilihan penjawab pertanyaan tertenang maka Sabda lah pemenangnya. Namun masalahnya bagi Oma itu adalah sebuah janji.
🍁🍁
"Kalian berdua kalau mau ngelakuin hal yang iya-iya mending ke kamar aja." goda Oma saat melihat Fara menyandarkan kepalanya di bahu Sabda di depan sofa televisi.
"Oma apaan deh." rengek Fara.
Sementara Sabda tak kuasa menahan senyum di bibirnya, melihat Fara memberengutkan bibir.
"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Fara sinis.
"Siapa? Aku? Aku gak senyum." bantah Sabda kembali memasang wajah datar.
Fara berlalu ke kamar meninggalkan Sabda, namun bagai kerbau yang di cucuk hidungnya Sabda mengekori kemana Fara pergi.
"Welcome to My Comfort Zone." ujar Fara, seraya membuka jendela.
Semuanya tertata rapi, bersih dan nyaman. Sesuai dengan nama yang Fara sematkan pada kamarnya.
"Kamu kenapa berdiri di situ mas? Gak usah berlagak kayak anak SMA yang baru pertama masuk kamar pacarnya gitu deh." ucap Fara ketika melihat Sabda hanya diam termenung di depan pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Location [Completed]
RomansaBagi Fara menikah berarti belajar, belajar mencintai ia yang tak pernah di cinta, belajar menjadi yang terbaik, belajar bahwa semua tak lagi bisa ia lakukan sendiri. Bagi Sabda menikah berarti berlari, berlari meninggalkan masalalu, berlari dari sem...