Kisah 17

3.5K 197 2
                                    

"Jadi mau kan?" tanya Sabda setelah mereka berdua memasuki mobil.

Fara mengangguk.

"Nah gitu dong, aku juga udah lama gak nonton." ujar Sabda seraya melajukan mobilnya.

"Emang kapan kamu terakhir kali nonton?"

"Waktu masih di New York."

"Sendiri?"

"Enggak, bareng Jesica."

Ah, Fara ingat nama itu, nama yang ada didalam kartu ucapan romantis di kado pernikahan mereka. Hati Fara berdesir, mungkinkah Jesica mantan pacar Sabda. Atau Jesica lah orang yang masih di cintai Sabda.

Setelah itu, senyap memenuhi mobil. Carla pun sudah tertidur segera setelah mereka masuk mobil.

🍁🍁

"Ini namanya jahe apa lengkuas?" tanya Fara sambil menoleh pada Sabda yang tengah sibuk memarinasi ayam. Setelah, tiga puluh menit lalu mereka terlibat percakapan seputar kemampuan Sabda yang bak chef restoran bintang lima itu.

Jangan tanya bayi mungil nan gembul itu, ia kini tengah asik di alam mimpi.

Sabda mendengus, "Coba cium, bau apa?"

Fara mengikuti perkataan Sabda menghidu bau dari kedua bumbu dapur yang ia pegang, "Bau tanah."

Sabda mengambil kedua bumbu dapur yang selalu di jadi momok paling menakutkan bagi semua calon menantu, "Yang ada merah-merahnya kayak gini, namanya lengkuas. Kalau yang ini, aromanya kayak wedang jahe, namanya jahe."  terang Sabda.

"Hmm." Fara mengangguk.

"Ngerti kan?"

"Enggak." cengir Fara.

Sabda mendengus lalu memandangi Fara, menggenggam tangan Fara. "Gapapa kalau sekarang gak ngerti, semuanya butuh proses. Gak mesti sempurna, karena aku pun lagi belajar."

Pipi Fara bersemu, ia tau perasaan ini terlalu cepat untuk segera di jatuhkan. Ia takut membuat segala hal menjadi tambah rumit, Fara meyakinkan hati untuk tak semudah itu luluh.

"Aku kok jadi geli ya." kelakar Fara lalu menarik tangannya dari genggaman Sabda.

Sabda terkekeh, "Iya. Aku juga geli sendiri."

"Oh iya, Mama ngundang kita ke rumah besok. Ngomoning tentang acara lamaran, Hana." ujar Sabda.

Fara terkejut, "Kamu kok gak bilang sih, Mas."

"Ini bilang."

"Tapi mepet banget, aku kan gak punya baju."

"Ay, hampir 80% isi lemari kita itu baju kamu lho, tenang aja. Cuma sekeluarga aja kok, gak banyak. Gak dandan juga gak apa-apa, Mama pasti tetep bilang kamu menantunya yang paling cantik."

Fara mendengus, "Yaiyalah Mas, menantu Mama yang perempuan kan cuma aku."

Sabda tergelak, senang sekali rasanya membuat Fara kesal.

Setelah adu urat leher di dapur dan berakhir dengan Fara yang mengalah lalu duduk manis menunggu Sabda selesai memasak, akhirnya ayam kecap ala chef Sabda pun telah tersaji. Fara memandangi ayam kecap di depannya dengan takjub, ia tak menyangkan Sabda bisa membuat masakan ini tanpa bantuannya. Fara saja, jika menggoreng telur ayam masih teriak-teriak karena takut terciprat minyak. Berbeda dengan Sabda, kadang Fara bingung ia pernah melakukan perbuatan baik apa dulu hingga bisa mendapat suami sehebat Sabda. Sekiranya sehebat apa wanita yang mampu menaklukkan hati Sabda?

🍁🍁🍁

Soryyyy gaess. Akutuh minta maaafff. Lama banget apdetnyya. Cerita ini seharusnya penuh mood biar bisa ketawa, sedih, ketawa lagi,sedih lagi gitu-gitu. Jadi kalau aku nulisnya gak ada mood jadinya kalian juga males bacanya kan? Maaf ya gaes, kelamaan di rumah bikin aku jadi mager, padahal resolusinya jadi makhluk produktif. Huhu, mian 😭

Aku ngucapin terimakasih buat yang nanya dan yang terus mantengin cerita ini buat sekedar liat udah apdet apa belum, aku speechless makasih yaa gaes.

I LOVE YOU BANYAK-BANYAKKKKKK ❤❤❤❤

Salam sayang..

Emak Sabda dan Fara ❤❤

Unknown Location [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang